Konon ada dua orang bersahabat membuat perjalanan yang cukup jauh dan berbahaya. Ketika melintas di tengah sebuah hutan tiba-tiba mereka bertemu dengan seekor beruang. Seorang dari mereka yang lebih dahulu melihat bintang buas itu lari dan cepat- cepat memanjat pohon, meninggalkan temannya yang berdiri ketakutan. Karena tidak bisa menghindar, temannya ini lalu jatuh dan pura-pura mati. Biasanya beruang tidak pernah menyentuh orang yang sudah mati. Beruang mendekat, mencium mukanya, telinganya, hidungnya; orang ini berusaha menahan nafas sehingga menimbulkan kesan dia mati sungguhan. Berhasil, tak lama sesudah itu beruang pun berjalan pergi. Teman yang di atas pohon segera turun lalu bertanya apa saja yang disampaikan beruang tadi ketika mencium dan mengedus di telingamu?
Jawab temannya: "Beruang itu menasihati saya supaya hati-hati dalam memilih teman dalam perjalanan. Jangan pilih teman yang meninggalkan kamu dalam keadaan bahaya. Mereka suka selamatkan dirinya sendiri, egois dan sulit dipercaya; mereka berteman dengan kamu hanya pada saat-saat yang menguntungkan." Orang yang lari ketakutan tadi kemudian menunduk, dia merasa sedang ditegur oleh sebuah pengalaman: bagimana menjadi sahabat yang baik. (Percikan kisah...)
Nilai dominan dari kisah ini adalah kesetiaan. Kita dipanggil untuk setia pada keputusan apa pun; walau butuh perjuangan terus-menerus diwarnai pengalaman jatuh-bangun. Apalagi di tengah situasi seperti sekarang, dimana perubahan terjadi hampir di segala sisi kehidupan manusia.
Perumpamaan tentang talenta adalah perumpaan tentang membangun kesetiaan yang kreatif; anugerah yang kita terima dari Tuhan, entah bakat atau pun kemampuan, perlu dikembangkan. Kesetiaan untuk terus-menerus mengembangkannya adalah salah satu bentuk ucapan terima kasih. Di hadapan Tuhan tidak ada orang pintar, tidak ada orang bodoh; tidak ada orang cantik / ganteng, tidak ada orang jelek. Tuhan menciptakan setiap orang secara unik, memberi rahmat dan berkat pribadi-demi pribadi, maka setiap orang pantas dan layak untuk mempertanggung-jawabkannya. Kalau demikian, atas nama kehidupan bersama, kita pun rasanya sangat perlu untuk saling mendukung agar selalu setia. Cari orang ganteng / cantik, pintar / mampu, sukses / berhasil banyak; tetapi cari orang yang setia tidak terlalu gampang. Semoga setiap orang Kristen setia pada iman dan panggilan hidupnya.
Jawab temannya: "Beruang itu menasihati saya supaya hati-hati dalam memilih teman dalam perjalanan. Jangan pilih teman yang meninggalkan kamu dalam keadaan bahaya. Mereka suka selamatkan dirinya sendiri, egois dan sulit dipercaya; mereka berteman dengan kamu hanya pada saat-saat yang menguntungkan." Orang yang lari ketakutan tadi kemudian menunduk, dia merasa sedang ditegur oleh sebuah pengalaman: bagimana menjadi sahabat yang baik. (Percikan kisah...)
Nilai dominan dari kisah ini adalah kesetiaan. Kita dipanggil untuk setia pada keputusan apa pun; walau butuh perjuangan terus-menerus diwarnai pengalaman jatuh-bangun. Apalagi di tengah situasi seperti sekarang, dimana perubahan terjadi hampir di segala sisi kehidupan manusia.
Perumpamaan tentang talenta adalah perumpaan tentang membangun kesetiaan yang kreatif; anugerah yang kita terima dari Tuhan, entah bakat atau pun kemampuan, perlu dikembangkan. Kesetiaan untuk terus-menerus mengembangkannya adalah salah satu bentuk ucapan terima kasih. Di hadapan Tuhan tidak ada orang pintar, tidak ada orang bodoh; tidak ada orang cantik / ganteng, tidak ada orang jelek. Tuhan menciptakan setiap orang secara unik, memberi rahmat dan berkat pribadi-demi pribadi, maka setiap orang pantas dan layak untuk mempertanggung-jawabkannya. Kalau demikian, atas nama kehidupan bersama, kita pun rasanya sangat perlu untuk saling mendukung agar selalu setia. Cari orang ganteng / cantik, pintar / mampu, sukses / berhasil banyak; tetapi cari orang yang setia tidak terlalu gampang. Semoga setiap orang Kristen setia pada iman dan panggilan hidupnya.
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar