Gunung Kelimutu adalah satu- satunya gunung api di Indonesia yang memiliki tiga danau kawah yang saling berdekatan. Istimewanya, air ketiga danau tersebut warnanya berbeda. Danau Kawah yang pertama bernama Tiwu Ata Polo, airnya berwarna merah. Danau kedua yang berjarak 10 m dari danau yang pertama adalah Tiwu Nua Muri Kooh Fai, airnya berwarna hijau. Sedangkan danau yang ketiga airnya berwarna biru dan dikenal dengan Tiwu Ata mBupu. Kelimutu terletak di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur pada posisi geografi 8o45,5’ Lintang Selatan dan 121o50’ Bujur Timur.
Untuk mencapai daerah ini, kita bisa melalui Maumere, Ibukota Kabupaten Sikka, atau dari Ende, Ibukota Kabupaten Ende. Perjalanan ke gunung ini dari Maumere, membutuhkan waktu antara 2-3 jam, sedangkan dari Ende yang berjarak hanya 60 km, membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan.
Mengingat daerah Kelimutu adalah salah satu daerah tujuan wisata yang terletak di dataran tinggi dan terpencil, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Ende membangun tempat penginapan untuk menarik sekaligus menampung para wisatawan di Desa Moni. Jarak lokasi tersebut dengan puncak/ kompleks danau Kelimutu sekitar 12 km. Dengan demikian, para pengunjung yang menginap di tempat tersebut dapat memulai perjalanannya ke puncak Kelimutu dengan mudah.
Kondisi Danau Kelimutu
Ketiga danau yang memiliki luas 100 ha itu terletak di puncak Gunung Kelimutu pada ketinggian 1640 mdpl dan merupakan bagian daerah cagar alam yang luasnya ± 500 ha.
Danau pertama yang dijumpai adalah Tiwu Ata Polo. Danau ini berbentuk silinder dengan garis tengah antara 75-100 m dan kedalaman 64m. Jarak antara bibir danau dengan muka air sekitar 50 m dan luasnya berkisar 4 ha. Rekaman perubahan warna air kawah pada 1997 dan antara 2002 - 2006 memperlihatkan warna yang hampir konstan, yaitu merah kecoklatan kecuali di tahun 1997 pernah berubah menjadi merah hati/ hijau botol dan tahun 2002 warna air berubah 3 kali, masing-masing menjadi warna hijau pupus dan merah marun. Tahun 2003 terjadi satu kali perubahan warna menjadi hijau pupus, dan tahun 2004 satu kali perubahan menjadi warna hijau pupus. Di sekitar danau tercium bau belerang lemah (Sumber Geoteknologi, LIPI).
Kondisi Danau Kelimutu
Ketiga danau yang memiliki luas 100 ha itu terletak di puncak Gunung Kelimutu pada ketinggian 1640 mdpl dan merupakan bagian daerah cagar alam yang luasnya ± 500 ha.
Danau pertama yang dijumpai adalah Tiwu Ata Polo. Danau ini berbentuk silinder dengan garis tengah antara 75-100 m dan kedalaman 64m. Jarak antara bibir danau dengan muka air sekitar 50 m dan luasnya berkisar 4 ha. Rekaman perubahan warna air kawah pada 1997 dan antara 2002 - 2006 memperlihatkan warna yang hampir konstan, yaitu merah kecoklatan kecuali di tahun 1997 pernah berubah menjadi merah hati/ hijau botol dan tahun 2002 warna air berubah 3 kali, masing-masing menjadi warna hijau pupus dan merah marun. Tahun 2003 terjadi satu kali perubahan warna menjadi hijau pupus, dan tahun 2004 satu kali perubahan menjadi warna hijau pupus. Di sekitar danau tercium bau belerang lemah (Sumber Geoteknologi, LIPI).
Danau kedua adalah Tiwu Nua Muri Kooh Fai, berjarak 10 m dengan danau pertama, berbentuk sangat silindris (seperti sumur) dengan diameter antara 100 - 150 m, kedalaman 127 m, dan luas 5,5 ha. Air danau kedua ini berwarna hijau sampai hijau muda. Ketika penulis berkunjung pada bulan Juli 2008, air danau ini tampak berwarna hijau muda agak keruh. Di sekitar danau tercium bau belerang lemah.
Danau ketiga yang bernama Tiwu Ata mBupu terletak di sisi kiri dua danau sebelumnya. Kenampakan permukaan danau ini betul-betul berbentuk sangat silindris dengan garis tengah berkisar 75 -100 m sedalam 67 m seluas 4,5 ha.
Geologi Danau Kelimutu
Danau Kelimutu merupakan hasil eksplosif yang dahsyat dari gunung api bertipe stratovolcano. Oleh karena itu, daerah puncak ditutupi oleh hasil letusan gunung api berupa endapan piroklastik yang tebal. Umumnya endapan piroklastik ini berupa perselingan tuf dan breksi gunung api, sedikit lava (flow) dan bom gunung api yang tersebar cukup luas.
Wilayah kawah pertama, Tiwu mBupu, ditutupi oleh perselingan breksi gunung api dengan tuf. Breksi gunung api yang membentuk dinding kawah purba memiliki aneka fragmen dengan ukuran yang bervariasi, antara 1-2 m, tertanam dalam masa dasar tuf berbutir kasar. Komponen breksi berupa andesit, lava, bom, dan basalt. Tuf yang membentuk dinding kawah berwarna putih. Baik breksi gunung api maupun tuf memperlihatkan kemiringan lapisan (< 10o). Daerah bekas kaldera tua ini umumnya telah ditumbuhi oleh aneka tumbuhan baik perdu maupun pohon cemara yang sudah cukup besar (5 -10 m).
Geologi danau yang kedua, Tiwu Ata Polo, tidak jauh berbeda dengan kondisi kaah yang pertama. Sekitar danau ditumbuhi oleh tumbuhan perdu ditutupi oleh perselingan antara tuf, breksi dan aliran lava. Dari kenampakan lapangan, runtunan tuf dan breksi gunung api, sedikit aliran lava dan bom gunung api, memperlihatkan perlapisan dengan ketebalan berkisar dari 10-15 cm. Tuf berwarna abu-abu hingga keputihan, sebagian telah mengalami pelapukan yang memberikan warna abu kecoklatan dan berlapis tipis. Breksi gunung api berwarna abu kehitaman, monomik dengan diameter antara 2-5 cm yang tertanam dalam masadasar tuf kasar. Lava berwarna hitam, berlapis tipis dan menutupi lapisan tuf dan breksi gunung api. Kemiringan lapisan runtunan batuan ini mencapai 30˚. Di beberapa tempat, runtunan ini telah mengalami pelapukan atau tererosi sehingga membentuk lapisan bertingkat seolah-olah layaknya bentukan taman. Di atas bebatuan ini tumbuh “pohon abadi” yang kerdil (Rhododendron renschianum). Perselingan antara tuf dan breksi terlihat pada dinding kawah dengan ketebalan mencapai puluhan meter.
(A) Aliran lava menutupi lapisan tuf dan breksi di sekitar Danau Tiwu Ata Polo. (B) Dinding Danau Tiwu Nua Muri Kooh Fai memperlihatkan perselingan tuf dan breksi (atas) menutupi tuf masif (bawah).
Kawah terakhir adalah Tiwu Nua Muri merupakan danau kawah yang termuda dalam kompleks kawah Kelimutu dan paling aktif saat ini. Secara geologi, danau ini ditutupi oleh batuan yang sama seperti yang terdapat di daerah danau lainnya, perbedaannya hanyalah bebatuannya belum mengalami pelapukan kuat seperti yang terdapat di Tiwu Ata Polo. Litologinya umumnya belum terkonsolidasi kuat dan masih banyak berupa batuan lepas. Bekas-bekas bom gunung api dengan ukuran mencapai 50 cm sering dijumpai. Hal ini membuktikan bahwa hasil letusan gunung api muda ini cukup kuat. Bukti lain yang menunjukkan bahwa tenaga yang dahsyat melemparkan bom dan rempah gunung api dicirikan oleh kawah yang juga berbentuk corong/silinder dengan dinding kawah hampir tegak (90˚). Secara lengkap runtunan litologi yang terdapat di kawah muda ini dapat terlihat jelas pada dinding-dinding kawah. Runtunan litologi yang terdiri dari perselingan antara tuf dan breksi, mempunyai ketebalan mencapai lebih dari 50 meter. Runtunan ini berwarna kuning kecoklatan sampai kemerahan. Warna ini merefleksikan tinggi kadar mineral besi dan belerang.
Foto danau kawah Gunung Kelimutu, secara berturut-turut dari kiri adalah Danau Tiwu mBupu, Danau Tiwu Ata Polo, dan Danau Tiwu Nua Muri Kooh Fai.
Geologi Danau Kelimutu
Danau Kelimutu merupakan hasil eksplosif yang dahsyat dari gunung api bertipe stratovolcano. Oleh karena itu, daerah puncak ditutupi oleh hasil letusan gunung api berupa endapan piroklastik yang tebal. Umumnya endapan piroklastik ini berupa perselingan tuf dan breksi gunung api, sedikit lava (flow) dan bom gunung api yang tersebar cukup luas.
Wilayah kawah pertama, Tiwu mBupu, ditutupi oleh perselingan breksi gunung api dengan tuf. Breksi gunung api yang membentuk dinding kawah purba memiliki aneka fragmen dengan ukuran yang bervariasi, antara 1-2 m, tertanam dalam masa dasar tuf berbutir kasar. Komponen breksi berupa andesit, lava, bom, dan basalt. Tuf yang membentuk dinding kawah berwarna putih. Baik breksi gunung api maupun tuf memperlihatkan kemiringan lapisan (< 10o). Daerah bekas kaldera tua ini umumnya telah ditumbuhi oleh aneka tumbuhan baik perdu maupun pohon cemara yang sudah cukup besar (5 -10 m).
Breksi, gunung api kaldera tua (Tiwu mBupu) dengan matrik tuf
Geologi danau yang kedua, Tiwu Ata Polo, tidak jauh berbeda dengan kondisi kaah yang pertama. Sekitar danau ditumbuhi oleh tumbuhan perdu ditutupi oleh perselingan antara tuf, breksi dan aliran lava. Dari kenampakan lapangan, runtunan tuf dan breksi gunung api, sedikit aliran lava dan bom gunung api, memperlihatkan perlapisan dengan ketebalan berkisar dari 10-15 cm. Tuf berwarna abu-abu hingga keputihan, sebagian telah mengalami pelapukan yang memberikan warna abu kecoklatan dan berlapis tipis. Breksi gunung api berwarna abu kehitaman, monomik dengan diameter antara 2-5 cm yang tertanam dalam masadasar tuf kasar. Lava berwarna hitam, berlapis tipis dan menutupi lapisan tuf dan breksi gunung api. Kemiringan lapisan runtunan batuan ini mencapai 30˚. Di beberapa tempat, runtunan ini telah mengalami pelapukan atau tererosi sehingga membentuk lapisan bertingkat seolah-olah layaknya bentukan taman. Di atas bebatuan ini tumbuh “pohon abadi” yang kerdil (Rhododendron renschianum). Perselingan antara tuf dan breksi terlihat pada dinding kawah dengan ketebalan mencapai puluhan meter.
Kawah terakhir adalah Tiwu Nua Muri merupakan danau kawah yang termuda dalam kompleks kawah Kelimutu dan paling aktif saat ini. Secara geologi, danau ini ditutupi oleh batuan yang sama seperti yang terdapat di daerah danau lainnya, perbedaannya hanyalah bebatuannya belum mengalami pelapukan kuat seperti yang terdapat di Tiwu Ata Polo. Litologinya umumnya belum terkonsolidasi kuat dan masih banyak berupa batuan lepas. Bekas-bekas bom gunung api dengan ukuran mencapai 50 cm sering dijumpai. Hal ini membuktikan bahwa hasil letusan gunung api muda ini cukup kuat. Bukti lain yang menunjukkan bahwa tenaga yang dahsyat melemparkan bom dan rempah gunung api dicirikan oleh kawah yang juga berbentuk corong/silinder dengan dinding kawah hampir tegak (90˚). Secara lengkap runtunan litologi yang terdapat di kawah muda ini dapat terlihat jelas pada dinding-dinding kawah. Runtunan litologi yang terdiri dari perselingan antara tuf dan breksi, mempunyai ketebalan mencapai lebih dari 50 meter. Runtunan ini berwarna kuning kecoklatan sampai kemerahan. Warna ini merefleksikan tinggi kadar mineral besi dan belerang.
Danau Tiga Warna
Keunikan Gunung Kelimutu yang mempunyai tiga danau kawah adalah masing-masing danau memiliki air yang berbeda antara satu dengan lainnya. Air danau Tiwu Ata Polo berwarna coklat dan sesekali berubah menjadi coklat hitam. Danau Tiwu Nua Muri Kooh Fai yang berdampingan dengan Danau Ata Polo memiliki warna hijau muda dan sesekali berubah warna menjadi hijau coklat. Danau mBupu memiliki warna hijau lumut. Letak ketiga danau ini saling berdekatan kecuali danau mBupu jaraknya 300 m dari Ata Polo. Suatu pertanyaan, kenapa air ketiga danau tersebut berbeda dan apa penyebabnya? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Geoteknologi LIPI, perbedaan warna air dari ketiga danau tersebut disebabkan perbedaan komposisi kimia.
Danau Ata Polo yang berbeda coklat kehitaman disebabkan oleh karena hadirnya unsur Fe yang tinggi. Perubahan warna akan terjadi perlahan- lahan ketika terjadi pelapukan dinding-dinding kawah akibat air hujan/air tanah yang bercampur dengan karatan besi (Fe). Danau Tiwu Nua Muri Kooh Fai yang berwarna hijau diduga mengandung unsur tembaga (Co) dari mineral malakit atau unsur klor. Warna ini sangat mirip dengan warna batuan yang terdapat di sekitarnya, yaitu tuf yang berwarna hijau. Sebaliknya, danau mBupu yang berwarna hijau lumut, kemungkinan disebabkan oleh tumbuhan lumut dalam danau di samping kemungkinan dipengaruhi oleh daun-daun kering yang jatuh ke dalam danau sehingga terjadi pembusukan.
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang mengamati kegiatan Gunung Kelimutu, setiap terjadi perubahan kegiatan vulkanik, misalnya kenaikan suhu atau kenakan jumlah gempa local akan terjadi perubahan warna air danau kawah. Oleh sebeb itu, perubahan warna air kawah merupakan suatu indikasi gejala perubahan kegiatan Gunung Kelimutu.
Aktivitas vulkanik dapat berupa pengeluaran gas yang mendorong material halus (lumpur) bergolak dan naik ke atas. Bersamaan dengan itu, boleh jadi ada mineral tertentu, misalnya unsur tembaga, besi, klor yang terbawa, dan memberikan efek warna tertentu dan merubah warna air danau.
Menurut keterangan penduduk setempat air ketiga danau ini tidak pernah melimpah keluar. Ada saluran yang mengalirkan air yang berlebihan itu ke arah tiga aliran sungai, yaitu Sungai Merah yang menampung kelebihan air danau Tiwu Ata Polo, Sungai Putih menampung kelebihan air Danau Tiwo Mbupu, dan Sungai Wawu yang menampung kelebihan air danau Tiwu Nua Muri. Ketiga sungai ini mengalir ke sungai utama, yaitu Sungai Wolowaru di Kecamatan Wolowaru, Ende. Sungai merah diduga kaya akan unsur besi, sungai putih dicirikan oleh melimpah kandungan belerang, sedangkan Sungai Wawu meskipun berkomposisi belerang namun kadarnya lebih sedikit dibandingkan dengan sungai putih.
Danau Kelimutu yang memperlihatkan perbedaan warna
Legenda Danau Kelimutu
Penduduk yang mendiami lereng Gunung Kelimutu pada umumnya berasal dari Suku Lio. Kelimutu dalam bahasa lokal terdiri dari kata “Keli” yang berarti Gunung dan “Mutu” artinya Roh, jadi Kelimutu artinya Gunung Para Roh.
Seperti Gunung Tangkubanparahu di Bandung yang terkenal dengan legenda Sangkuriang, Gunung Kelimutu juga memiliki legenda yang melekat pada masyarakat, khususnya bagi Suku Lio. Sebelum memasuki kawasan danau terlebih dahulu harus meminta izin kepada “penguasa kawasan” yang dikenal dengan Perkonde Ratu atau biasa disebut Konde Ratu. Pemandu yang membawa para wisatawan akan meletakkan sebatang rokok dan beberapa uang logam di atas batu yang telah tersedia sambil berdoa mohon keselamatan dan agar diiizinkan masuk wilayah Kelimutu.
Ada tiga danau kawah di puncak Gunung Kelimutu, masing-masing Kawah Tiwu Ata Polo yang berarti Danau Arwah Yang Ditenun. Danau yang konon dihuni oleh roh jahat ini memiliki berwarna merah kecoklatan. Danau kawah yang kedua berdampingan dengan Tiwu Ata Polo disebut Kawah Nua Muri Kooh Fai yang berarti Danau Arwah Muda-Mudi dan memiliki berwarna hijau. Sementara danau kawah yang ketiga adalah Kawah Tiwu Ata mBupu yang berarti Danau Orang Tua dan memiliki air berwarna biru.
Penduduk sekitar Kelimutu, khususnya Suku Lio meyakini bahwa jiwa atau roh orang sudah meninggal akan bersemayam di Kawah Kelimutu. Ketika seseorang meninggal dunia, jiwanya yang disebut mae akan meninggalkan kampung halamannya dan bersemayam di kawah untuk selama-lamanya. Sebelum bersemayam, arwah terebut akan melapor kepada Konde Ratu, penjaga pintu masuk Kelimutu (Gunung Para Roh).
Pembagian “kapling” bagi arwah yang baru datang akan diseleksi oleh sang ratu, tergantung perilaku masa hidupnya. Bila arwah yang meninggal itu adalah orang tua dan mempunyai perilaku baik selama hidupnya akan ditempatkan di Tiwu Ata mBupu.
Bagi arwah anak muda yang semasa hidupnya berperilaku baik akan mendapat tempat di Tiwu Nua Muri Kooh Fai. Sedangkan bagi arwah yang semasa hidupnya berperilaku buruk, baik anak muda maupun orang tua akan dijebloskan di Tiwu Ata Polo.
Aspek keilmuan (geologi)
Perjalanan sepanjang lintasan dari Wolowaru hingga ke Danau Kelimutu, sangatlah menarik ditinjau dari segi geologi. Di daerah Wolowaru dijumpai batuan beku dalam (plutonik) berupa granit dan granodiorit. Batuan-batuan ini merupakan batuan terobosan dari perut bumi yang membentuk perbukitan terjal dengan puncak-puncak pegunungan yang tinggi (< 1000m). Selanjutnya, dipertengahan jalan menuju Moni (Kecamatan Kelimutu), dijumpai breksi tuf terkersikan berwarna hijau.
Di beberapa tempat, batuan ini diambil oleh penduduk untuk bahan bangunan. Dari kenampakannya di lapangan, batuan ini diterobos oleh granit Wolowaru. Perubahan yang mencolok, terdapatnya batuan gunung api yang telah terubah dan teroksidasi kuat sehingga memberikan warna merah kecoklatan dan merah kekuningan. Warna ini diyakini sebagai salah satu penyebab perubahan warna air di Danau Kelimutu. Dari keberadaan batuan ini, ternyata dulunya merupakan dinding kawah purba yang di bawahnya menganga lembah/jurang terjal dengan kedalaman mencapai ratusan meter.
Kira-kira seratus meter masuk persimpangan Kelimutu, dijumpai batuan gunung api yang disebut breksi gunung api. Breksi gunung api ini adalah hasil kegiatan gunung api (Kuarter) yang mempunyai fragmen antara 10-40 cm dengan bentuk menyudut dan menyudut tanggung tersemen dalam matriks batuan yang sama. Diyakini batuan ini, merupakan hasil letusan awal ketika terjadi aktivitas gunung api. Fragmen- fragmen, yang tersemen dalam matrik halus merupakan pecahan dinding kepundan gunung api. Breksi gunung api ini menyebar cukup jauh mengikuti jalan ke arah Kelimutu.
Di jalan menuju Kelimutu dijumpai air panas dengan temperatur berkisar dari 20- 35˚ yang tidak mengandung belerang. Dari keberadaan air panas yang tidak berbelerang ini, diduga munculnya akibat adanya sesar/patahan. Sampai tiba di puncak Kelimutu, susunan litologi/bebatuan yang terdapat hanyalah perselingan antara breksi dan tuf pasiran, jarang ditemukan lava, kecuali hanya tersingkap sedikit. Ini menunjukkan bahwa tipe gunung api yang memuntahkan materialnya termasuk tipe gunung api dengan letusan yang sangat dahsyat (violent eruption).
Beberapa hal yang masih perlu dikaji mengenai Kelimutu adalah melakukan pentarikhan umur pembentukan kawah Kelimutu (awal) yang meninggalkan danau Tiwu Mbupu. Begitu pula pentarikhan danau Ata Polo dan Tiwu Nua Muri Kooh Fai. Analisis umur ini dapat dilakukan pada tuf dengan mempergunakan metoda Jejak Belah (Fission Track Method). Melakukan analisis kimia batuan terhadap ragmen breksi, bom, dan batuan lelehan serta analisis kandungan mineral logam (Au, Cu, Pb, Zn, Ag, As) dan mineral non metal lainnya guna mengetahui lebih jauh penyebab warna danau tiga warna di Kelimutu ini dan hubungannya dengan subduksi lempeng Indo Australia terhadap Lempeng Pasifik.
Sumber : Warta Geologi, Maret 2009
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar