Sumber daya nikel dunia terdiri dari 70% nikel laterit dan 30% nikel sulfida, sedangkan produksi dunia 60% berasal dari nikel sulfida dan 40% dari nikel laterit. Endapan nikel laterit di Indonesia mengikuti sebaran batuan basa dan ultrabasa, terdapat di Pegunungan Meratus dan Pulau Laut Kalimantan, lengan timur Pulau Sulawesi. Di Maluku Utara terdapat di Pulau Obi, Pulau Gebe dan Halmahera, serta di Papua terdapat di Pulau Gag, Pulau Waige, Pegunungan Cyclops dan Pegunungan Tengah Papua.
Sebaran batuan ultrabasa dan lokasi sumber daya dan cadangan nikel laterit di Indonesia
Total sumber daya bijih nikel laterit di Indonesia berdasarkan data Neraca Sumber Daya Mineral dari Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, tahun 2012 adalah 3.398.269.997 ton, dan total cadangan sebesar 18.723.558 ton. Rata-rata cut off grade bijih nikel yang ditambang adalah ± 0,8%. Kadar tertinggi nikel bisa mencapai di atas 10%.
Di Pulau Sulawesi, yaitu di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara memiliki potensi bijih nikel terbesar di Indonesia, dengan total sumber daya sebesar 27.421.301 ton dan total cadangan 11.674.940 ton. Kawasan Halmahera memiliki total sumber daya sebesar 11.890.645 ton dan total cadangan 7.048.618 ton. Di Papua endapan nikel laterit tersebar di Kepulauan Waigeo dan daerah Pegunungan Cyclops dengan total sumber daya 10.313.056 ton, sementara di Kalimantan data sumber daya bijih nikel baru didapatkan di daerah Gunung Nuih sebesar 608.400 ton.
Sumber daya nikel tahun 2011 (kiri) dan cadangan nikel tahun 2001 (Badan Geologi).
Produksi
Data produksi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara menunjukkan produksi ferro nikel dan bijih nikel yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada kurun waktu tahun 2005 sampai 2010 produksi ferro nikel tertinggi pada tahun 2010 sebesar 18.688 ton, sementara produksi bijih nikel tertingi pada tahun 2008 sebesar 10.634.452 ton. Selain nikel, bijih juga mengandung mineral-mineral ikutan berupa besi, kobal dan kromit.
Indonesia dan Filipina termasuk negara produsen terbesar dalam memasok nikel laterit dunia. Berdasarkan data produksi pertambangan nikel global di tahun 2011, produksi nikel mengalami kenaikan 10% menjadi 1,7 juta ton yang didukung oleh tingginya kenaikan produksi nikel di Brazil dan Canada. Di tahun 2012, produksi pertambangan nikel dunia diperkirakan naik 7% terutama didorong oleh beberapa proyek nikel laterit, termasuk di Indonesia dan Philiphina. Kenaikan produksi pertambangan nikel juga akan didukung oleh beberapa proyek besar di Kaledonia Baru, Papua Nugini, Filipina dan Madagaskar yang selesai pada tahun 2011. Proyek- proyek ini menaikkan pasokan nikel laterit yang akan digunakan untuk industri nickel pig iron (NPI) yaitu feronikel kelas rendah, ditemukan di Cina, sebagai bahan alternatif yang lebih murah untuk memproduksi baja nirkarat.
Industri peleburan baja nirkarat menggunakan konsumsi nikel primer (55%) dan scrap (45%). Material nikel primer berasal dari NPI, feronikel dan nikel matte. Perkembangan scrap ratio dari tahun 2001- 2007 paling tinggi adalah Amerika Serikat mencapai 65%, sedangkan terendah Cina yang mencapai 30%. Tahun 2011, produksi nikel olahan naik 9% menjadi 1,6 juta ton yang didorong oleh produksi di Kanada dan Cina. Sedangkan di tahun 2012, pertumbuhan produksi terjadi di Cina seiring dengan masuknya nikel laterit dari tambang-tambang di Asia Pasifik yang digunakan untuk produksi nickel pig iron (NPI).
Aktivitas produksi NPI ini akan meningkatkan produksi nikel dunia sebesar 8% sehingga mencapai 1,7 juta ton. Akibat menurunnya ketersediaan bijih nikel kualitas tinggi, produsen baja nirkarat Cina terpaksa mengimpor nikel laterit kualitas rendah untuk suplai industri NPI. Pada tahun 2011 dengan produksi NPI mencapai sekitar 160.000 ton, Cina telah mengimport laterit dari Indonesia mencapai sekitar 12 juta ton, sedangkan yang lainnya dari Filipina dan akan berlanjut sampai tahun mendatang.
Peningkatan produksi baja nirkarat memerlukan pasokan bahan untuk industri tersebut baik berupa NPI, nikel matte dan feronikel. Peluang pasokan ini akan menjadikan Indonesia sebagai produsen nikel yang penting dalam percaturan dunia. Dengan demikian Indonesia mempunyai posisi stategis untuk mendukung industri NPI.
Produksi Ferro Nickel dan bijih nikel di Indonesia 2005 – 2010 (dalam ton)
Perkembangan harga nikel dari tahun 2003 sangat berfluktuasi yang mencapai puncaknya pada kurun waktu tahun 2007 dengan harga tertinggi mencapai sekitar USD 45.000/ton. Harga nikel pada tahun 2011 diperkirakan akan naik 13% dari tahun 2010 menjadi rata-rata sekitar USD 24.707 per ton yang akan didukung oleh peningkatan permintaan dari produsen baja nirkarat. Di Pasar 5M11, harga nikel rata-rata mencapai USD 26.283 per ton atau naik 21% dibandingkan rata-rata harga di periode yang sama di tahun 2010. Di akhir 2011, kenaikan produksi dari pertambangan di Kanada dan Brazil yang mulai berproduksi di tahun 2010 diperkirakan akan memberikan tekanan harga nikel.
Harga rata-rata ekspor nikel ke Cina dari Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dari Filipina. Perkembangan harga dari tahun 2008- 2011 mengalami fluktuasi yang dimulai dari $140/ ton sampai $90/ton di akhir 2011. Menurut analis perkembangan konsumsi baja nirkarat di dunia akan lebih banyak didominasi oleh negara-negara berkembang baru dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif baik dibandingkan dengan negara maju. Saat ini Cina dan India dengan konsumsi baja nirkarat perkapita masing-masing 7 kg dan 2 kg menunjukkan kecenderungan meningkat. Perkembangan konsumsi tersebut diperkirakan akan meningkatkan jumlah produksi baja nirkarat dunia pada tahun 2020 mencapai sekitar 40 juta ton.
Kandungan besi pada laterit nikel di Indonesia belum dimanfaatkan sebagai produk sampingan, sementara di Cina kandungan besi tersebut telah dimanfaatkan secara ekonomi. Selain itu juga perlu dikembangkan pembangunan industri NPI, mengingat masih banyak potensi cebakan nikel berkadar rendah yang belum secara optimal dimanfaatkan.
Seiring dengan kebijakan Pemerintah Indonesia tentang peningkatan nilai tambah mineral, maka akan didirikan beberapa smelter nikel, sehingga mempunyai konsekuensi harus tersedianya pasokan energi dalam jumlah yang besar. Untuk hal itu telah disusun rencana pengembangan energi oleh PT PLN, dengan ditandatanganinya MoU antara PT PLN dengan investor yang akan mendirikan smelter untuk penyediaan listrik bagi pengembangan industri smelter nikel di dalam negeri. Dalam waktu dekat akan dibangun pabrik pengolahan (smelter) nikel di Sulawesi dan di Jawa Timur.
Sumber :
Bambang Pardiarto dan Ernowo, 2013, Nikel Komoditas Logam Stategis, Geomagz Vol. 3 No. 2
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar