1. X-Ray Diffraction (XRD),
XRD merupakan salah satu teknik analisa untuk stuktur suatu mineral, garam, logam, bahkan senyawaan organik seperti DNA, vitamin dan obat. Jika ingin mengetahui mineral apa saja yang terkandung dalam suatu bahan tambang dan assosiasinya apa saja, teknik ini cukup tepat karena XRD bisa memberikan informasi mengenai bentuk molekul dan berapa sudut kristalnya. XRD bekerja berdasarkan difraksi sinar X yang dihamburkan oleh sudut kristal material yang dianalisa. Akan tetapi, kelemahannya, XRD kurang tepat jika digunakan untuk analisa quantitatif (jumlah atau kadarnya). Walaupun banyak orang meng-klaim bahwa XRD bisa memberikan informasi tentang "berapa kandungannya" namun masih kurang valid jika dibandingkan dengan teknik analisa lainnya di laboratorium. Umumnya XRD digunakan untuk analisa jumlah yang membutuhkan waktu cepat tapi tidak perlu akurat.
2. X-Ray Fluorescen (XRF),
XRF mirip dengan XRD namun perbedaannya adalah fluoresensi-nya yang digunakan untuk analisa. Suatu material tambang, cukup dibuat homogen dengan digerus dan dipadatkan atau dilebur, dicetak menjadi semacam koin (bead) atau pellet, tentunya dengan penimbangan tertentu. XRF lebih akurat dibandingkan XRD secara kuantitatif/jumlah. XRF bisa memberikan data baik dalam bentuk elemen maupun oksida. Analisanyapun relatif cepat karena simultan (beberapa elemen atau oksida bisa dianalisa sekaligus dalam sekali running). Dari segi biayanya relatif murah. Kekurangannya yaitu tidak bisa analisa untuk elemen atau oksida dalam kadar rendah < 0.01 %. Untuk analisa dengan kadar < 0.01% di sarankan menggunakan metode ICP atau AAS.
3. Inductive Coupled Plasma (ICP)
ICP merupakan teknik analisa mineral khususnya logam yang saat ini sedang naik daun karena beberapa kelebihannya, antara lain: relatif cepat untuk analisa quantitatif yang akurat, analisa secara simultan (bisa analisa banyak logam sekaligus sekali running), relatif murah jika analisa > 20 elemen sekaligus tetapi akan menjadi mahal jika elemen yg ingin dianalisa < 10 elemen. ICP mampu menganalisa logam mulai dari ppb (part per billion), ppm (part per million) sampai % (persen) tetapi umumnya lebih akurat untuk kadar kecil (ppb sampai dengan ppm). Kekurangannya dibandingkan XRD yaitu ICP hanya memberikan data analisa dalam bentuk elemen/unsur, bukan senyawaan maupun asosiasi mineral. Semua elemen yg ada dalam suatu bahan tambang akan dilarutkan dengan bahan kimia cair dan dibakar dengan suhu > 6000 K menjadi suatu plasma dan elektron yang tereksitasi di plasma itulah yang dianalisa.
4. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
AAS merupakan teknik analisa mineral logam yang mirip dengan ICP, tetapi dia hanya menganalisa per elemen (single). Jadi jika elemen yang akan di analisa 20 elemen, artinya AAS akan menganalisa 20x sesuai elemen yang diminta, tetapi pelarutannya cukup sekali saja. Jadi jika dibandingkan dengan ICP, kelemahannya adalah waktu analisa jadi lama. Dan beda dengan ICP yang cukup dijalankan oleh tingkat operator biasa, analisa AAS memerlukan skill dan pengalaman yang lebih tinggi. Jika elemen yang hendak dianalisa sedikit, AAS lebih menguntungkan karena hitungan biayanya per elemen.
5. Titrasi dan gravimetri
Merupakan suatu teknik analisa klasik yang sudah terbukti paling valid untuk mineral dengan kadar tinggi (dalam %). Keuntungannya yaitu selain valid untuk kadar %, tidak membutuhkan instrumen mahal, mereka juga bisa digunakan untuk analisa dengan bentuk oksida-nya. Kekurangannya, biayanya mahal karena menggunakan bahan kimia baik padatan, cair maupun gas, waktu analisanya relatif lebih lama.
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar