Geological Concept of Mountains in Quran

Diposting oleh Selamat datang di blog on Jumat, 30 Oktober 2015

Buku ini menyoroti fakta-fakta yang tidak diketahui sebelum pergantian abad ke-20, dan baru saja mulai dipahami dalam kerangka teori baru saja diperkenalkan dari bentang alam (landforms) dan tektonik lempeng.


Ini menunjukkan salah satu aspek sifat ajaib dari Al-Qur'an, yaitu dengan pengertian ilmiah. Di antara daftar bukti-bukti yang jauh melampaui lingkup publikasi ini, laporan ilmiah tersebut eksplisit, tepat dan komprehensif memberikan kesaksian yang mengesankan pada keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah Firman Sang Pencipta.

Oleh karena itu, ini merupakan sumber dasar bimbingan Ilahi untuk manusia.


Source : http://islamhouse.com

More about Geological Concept of Mountains in Quran

Ore Characteristics and Fluid Inclusion of the Base Metal Vein Deposit in Moncong Bincanai Area, Gowa, South Sulawesi, Indonesia

Diposting oleh Selamat datang di blog

Asmariyadi, R. Langkoke, A. Maulana, I. Nur, and W. Astaman

ABSTRACT

This paper is dealing with ore characteristics and fluid inclusion of the Moncong Bincanai, Biringbulu Subregency of Gowa Regency, South Sulawesi Province, Indonesia. The mineralization is a vein type, with the orientation of N170oE /65oSW, hosted in open-space filling within basalt. The mineralization consists of galena, sphalerite, chalcopyrite, and pyrite. Vein thickness ranges from 5 - 17 cm, showing a crustiform banding texture, with a sequence from outer to centre: quartz, carbonate (siderite), sulphide. The quartz displays primary growth textures such as comb, crystalline, saccharoidal, and colloform. Analytical methods applied include AAS and fluid inclusion microthermometry. Chemical composition of the vein indicates an average of Pb = 47.92%, Cu = 1.27%, Zn = 1.02%, and Fe = 9.46%, which shows a significant concentration of Pb. Fluid inclusion microthermometry results indicate a range of formation temperature of 240o - 250oC and salinity of the responsible hydrothermal fluid of 2.1 - 2.5 wt.% NaCl eq. The deposit is categorized into low-sulfidation epithermal deposits, which was formed within a range of 410 - 440 m below paleosurface.

Keywords: epithermal vein, base metal, ore mineralization, fluid inclusion.

SARI

Tulisan ini membahas karakteristik bijih dan inklusi fluida pada daerah Moncong Bincanai, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Tipe mineralisasi berupa urat dengan orientasi N1700 oE/65 oW yang terdapat sebagai pengisi retakan dalam basal. Mineralisasi terdiri atas mineral galena, sfalerit, kalkopirit, dan pirit. Tebal urat antara 5 - 17 cm. Tekstur urat yaitu symmetric crustiform banding, dengan urutan dari luar ke dalam: kuarsa, karbonat (siderit), dan lapisan sulfida yang didominasi galena. Kuarsanya memperlihatkan tekstur pertumbuhan primer yaitu dari tekstur comb, kristalin, saccaharoidal, dan colloform. Metode analisis yang digunakan yaitu AAS dan mikrotermometri inklusi fluida. Berdasarkan hasil analisis pada percontoh urat, kadar rata-rata unsur Pb = 47,92%, Cu = 1,27%, Zn = 1,02%, dan Fe = 9,46%. Hal ini menunjukkan konsentrasi mineralisasi Pb yang cukup potensial. Dari hasil pengamatan inklusi fluida pada urat kuarsa didapatkan kisaran temperatur 240 - 250oC serta salinitas antara 2,1 - 2,5 wt.% NaCl eq. Endapan tersebut termasuk dalam lingkungan epitermal sulfidasi rendah yang terbentuk pada kedalaman sekitar 410 - 440 m di bawah permukaan purba.



Kata kunci: urat epitermal, logam dasar, mineralisasi bijih, inklusi fluida

Download Link :
More about Ore Characteristics and Fluid Inclusion of the Base Metal Vein Deposit in Moncong Bincanai Area, Gowa, South Sulawesi, Indonesia

ArcMap: Memberi Label pada Garis Kontur

Diposting oleh Selamat datang di blog

Membuat label garis kontur harus dapat mempertimbangkan banyaknya fitur yang ada sehingga sebaiknya label hanya diberikan pada interval tertentu saja. Sebagai contoh, untuk garis kontur interval 25m, label dapat diberikan pada garis kontur kelipatan 100, 200, dstb. Berikut hanyalah salah satu contoh cara untuk memberi label garis kontur.

1.    Buka ArcMap
2.    Tambahkan data kontur
3.    Langkah selanjuntya kita akan menambahkan FIELD pembeda untuk kelipatan 100.


4.    Buka tabel dari data kontur tersebut. Ada FIELD yang menunjukan ketinggian yaitu ELEVASI
5.    Tambahkan FIELD baru dengan nama misalnya C100
6.    Klik kanan pada FIELD C100 > Field Calculator
7.    Isikan di dalam kotak algorithma dengan [ELEVASI] mod 100 = 0



8.    Hasilnya adalah untuk FIELD yang memiliki ketinggian kelipatan 100 bernilai -1, sisanya bernilai 0
9.    Langkah selanjutnya adalah mengatur symbology by category. Untuk garis kontur kelipatan 100 kita buat lebih besar daripada garis kontur lain
10.Buka Label pada Layer Properties



11.Centang “Label Features in This Layer”
12.Set Method menjadi “Define Classes of Feature and Label Each Class Differently”
13.Set SQL Query. Isikan “C100″ = -1 yang artinya kita hanya akan melabeli garis kontur yang memiliki field C100 bernilai -1 (garis kontur kelipatan 100).

14.  Pilih Label Field dengan ELEVASI
15.Pilih SYMBOL, Klik Properties, Klik MASK. Pilih HALO dengan ukuran 2.


16.Pilih Placement Properties. Atur agar label On the line, dan Place one label per feature.
17. Klik OK untuk keluar dari Layer Properties.

Hasil pemberian label garis kontur sebagai berikut






More about ArcMap: Memberi Label pada Garis Kontur

Menggunakan MapService pada ArcMap

Diposting oleh Selamat datang di blog

Input data online menggunakan Mapservice pada dasarnya hanya menampilkan data tambahan sebagai background untuk membantu tugas-tugas GIS yang sedang kita kerjakan. Banyak sekali Mapservice yang disediakan oleh lembaga-lembaga seperti BIG ataupun kementrian di Indonesia. Mapservice sudah didukung oleh banyak software GIS seperti QGIS, MapInfo, dll. Berikut adalah contoh tahapan menambahkan Mapservice dengan menambahkan data Kawasan Hutan. Software yang digunakan adalah ArcMap.

Membuat koneksi ke MapService dengan ArcMap 

1.    Buka ArcMap
2.    Set proyeksi Data frame, tambahkan data
3.    Klik pada tombol Add Data
4.    Pada drop-down Look in, pilih GIS Servers
5.    Klik pada Add ArcGIS Server, Klik Add
6.    Pilih Use GIS Service, pilih next
7.  Isikan alamat service yang diinginkan. Sebagai latihan, kita isikan alamat mapservice Kementerian Kehutanan dengan alamat http://webgis.dephut.go.id/arcgis/rest/services/
8.  Abaikan User Name dan Password (kecuali anda adalah pengguna terauthorasi, atau admin)
9.    Klik Finish
10. Jika koneksi berhasil, di dalam GIS Servers akan muncul tambahan service yang sudah tersimpan, yaitu dengan nama arcgis on webgis.dephut.go.id (user)




Menambah layer dari MapService 

Setelah MapService ditambahkan ke ArcGIS, selanjutnya kita mencoba menambahkan layer yang terdapat di dalam mapservice tersebut ke project ArcMap yang sedang kita buat dengan langkah-langkah berikut.
1.    Buka ArcMap
2.    Klik pada tombol Add Data
3.    Pilih GIS Servers
4.    Pilih arcgis on webgis.dephut.go.id (user)
5.  Terdapat beberapa layer yang bisa dipilih, sebagai contoh pilih layer Kawasan Hutan, Klik Add (atau langsung Klik-double pada layer Kawasan Hutan)
6. Layer kawasan hutan muncul sebagai layer tambahan dan langsung overlay dengan data yang kita miliki



Dengan mapservice, kita tidak perlu mencari data dari lembaga yang menyediakan Mapservice. Berikut beberapa MapService yang dapat digunakan :
  • Bakosurtanal (BIG) http://geoservices.ina-sdi.or.id/ArcGIS/rest/services
  • LAPAN http://202.43.161.180/arcgis/rest/services/
  • Kementerian Perhubungan http://gis.dephub.go.id/arcgis/rest/services/ atau http://gis2.dephub.go.id/ArcGIS/rest/services/
  • Kementerian Kehutanan http://webgis.dephut.go.id/arcgis/rest/services
  • BNPB (Peta Tematik) http://geoservice.bnpb.go.id:8399/arcgis/rest/services dan http://gisserver.bnpb.go.id:8399/arcgis/rest/services
  • Kementerian Pertanian http://203.190.36.46/arcgis/rest/services/
  • Kementerian Pekerjaan Umum http://sigi.pu.go.id/ArcGIS/rest/services
  • http://services.medfordmaps.org/ArcGIS/rest/services
Menggunakan Mapservice tentu memerlukan koneksi internet. Kecepatan internet yang dimiliki berbanding lurus dengan waktu tunggu tampil data dari Mapservice.

More about Menggunakan MapService pada ArcMap

Genesa Endapan Logam Karena Larutan Magma

Diposting oleh Selamat datang di blog

Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma. Pembentukan mineral tersebut terjadi baik pada batuan beku sebagai induknya maupun pada batuan samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatisme tersebut.

Selama pergerakan magma kepermukaan maka proses – proses seperti difensiasi, asimilasi dan kristalisasi akan berlangsung seiring dengan perubahan temperatur pada tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses pembekuan. Jenis – jenis batuan beku yang terbentuk masing – masing dicirikan oleh komposisi mineral yang berbeda sesuai dengan komposisi magma dan temperatur pembekuannya. Karena proses diferensiasi magma yang terjadi, maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral logam maupun non logam.

Proses pembentukan jebakan mineral logam karena diferensiasi magma,secara umum digambarkan oleh Alan M. Bateman (1951) dalam tiga stadium sebagai berikut :

1. Stadium likwido magmatis (600oC)

Stadium ini merupakan awal pembentukan mineral – mineral baik logam maupun non logam yang dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur – unsur kurang volatil berupa mineral–mineral silikat. Karena penurunan temperaturyang berlangsung menerus, maka terbentuklah mineral – mineral berikutnya yang dicirikan oleh unsur – unsur lebih volatil pada kondisi tekanan yang semakin besar. Jebakan mineral yang terbentuk pada stadium ini disebut jebakan magmatis.

2. Stadium pegmatitis – pneumatolitis (600oC– 450 oC)

Pada stadium ini terjadi pemisahan yang luar biasa dari unsur – unsur volatil larutan magma sisa pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan magma sisa ini sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan dan kemudian membentuk jebakan pegmatitis. Setelah temperatur mulai menurun (550oC – 450oC), akumulasi gas mulai membentuk mineral. Pada penurunan temperatur selanjutnya (450oC), volume unsur volatil semakin menurun dan kemudian membentuk endapan mineral yang disebut jebakan pneumatolitis.

3. Stadium hidrotermal (< 450 oC)

Pada stadium terakhir ini keadaan larutan magma sisa sangat encer, tekanan gas menurun dengan cepat dan setelah temperatur mencapai titik kritik air (372oC), mulailah terbentuk jebakan hidrotermal. Proses pembentukan mineral pada stadium ini berlangsung terus hingga mencapai tahap akhir pembekuan semua larutan magma sisa (100oC – 500oC)
More about Genesa Endapan Logam Karena Larutan Magma

Perhiasan Perak Bali Banyak Diburu Turis Asing

Diposting oleh Selamat datang di blog on Selasa, 27 Oktober 2015

Perhiasan Perak Bali Banyak Diburu Turis Asing, selama delapan bulan dari periode Januari-Agustus 2015 Bali mampu mengekspor beraneka ragam perhiasan berbahan baku perak senilai USD416.756,97, meningkat 189,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya hanya USD143.765,33.

"Dari segi volume pengiriman beraneka ragam perhiasan itu meningkat 323,89 persen," kata Kepala Bidang
More about Perhiasan Perak Bali Banyak Diburu Turis Asing