Agama Hindu
A. Munculnya Agama dan Kebudayaan Hindu di India
Pada sekitar tahun 1500 SM bangsa Arya memasuki India dibagian barat laut. Bangsa Arya merupakan bagian dari ras Indo-Iran yang memiliki ciri-ciri fisik, badan tinggi berkulit putih dan berhidung mancung. Sesampainya di Punjab (india) bangsa Arya berhasil menaklukkan bangsa pendatang pertama yakni Bangsa Dravida yang mendiami India bagian selatan. Bangsa Dravida memiliki ciri-ciri fisik badan pendek, kulit hitam dan berhidung pesek. Untuk mempertahankan kedudukannya sebagai bangsa pendatang, bangsa Arya mengenalkan dan mengembangkan sistem kepercayaan dan sistem kemasyarakatan yang dimilikinya kepada bangsa Dravid.
Disisi lain bangsa Arya menganggap renda bangsa Dravida karena mereka beranggapan fisiknya lebih baik dari pada bangsa Dravida. Bahkan mereka tidak mau mencampurkan ras mereka dengan bangsa Dravida, namun pada ahirnya ras mereka tercampur juga melalui hasil pernikahan diantara ke duanya.
Kedatangan bangsa Arya merupakan titik awal perubahan social masyarakat India. Sejak kedatangannya, bangsa Arya mulai memperkenalkan dan mewariskan peradaban baru yang disebut dengan Weda yang bermakna pengetahuan. Weda merupakan dasar kepercayaan agama Hindu. Selain mewariskan peradapan baru bangsa Arya juga mewariskan bahasa Sangsekerta. Bahasa Sangsekerta menurut D.D. Kosambi termasuk dalam kategori bahasa Arya.
Bahasa Sangsekerta sendiri merupakn bahasa suci agam Hindu. Pada mulanya Agam Hindu tidak bernama melainkan hanya berupa sebuah kepercayaan yang berpangkal dari alm pikiran yang bersumber dalam kitab Weda. Dan Agama ini mulai bernam Hindu ketika muncul agama-agama baru agar dapat membedakan dengan agama baru tersebut. Kata Hindu berasal dari kata india yang artinya air suci (Marutha, 2004:10). Agama Hindu adalah agama yang telah melahirkan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang Astronomi, ilmu pertanian, ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lainnya.
B. Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu di India
Perkembangan agama Hindu di India berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Dengan di bagi menjadi empat priode yaitu :
1. Jaman Weda
Weda berasal dari kata Vid yang Artinya mengetahui. Weda merupakan sastra tertua di dunia yang pengaruhnya sangat penting bagi perkembangan agama Hindu. Jaman weda meliputi jaman Weda Kuno, jaman Brahmana dan jaman Upanisad. Jaman Weda Kuno -> priode zaman weda kuno bisa dikatakan pula sebagai awal kedatangan bangsa Arya di Lemba Sungai Indus sekitar 1500 SM. Dalam masa pertama priode ini system kepercayaan beraliran politeisme yakni sistem kepercayaan terhadap banyak dewa. Di antaranya ialah :
a. Dewa Agni : Merupakan Dewa Api
b. Dewa Wayu : Merupakan Dewa Angin
c. Dewa Marut : Merupakan Dewa Angin Ribut
d. Dewa Surya : Merupakan Dewa Matahari
e. Dewa Candra : Merupakan Dewa Bulan
f. Dewa Waruna : Merupakan Dewa Angkasa
g. Dewa Parjanya : Merupakan Dewa Hujan
h. Dewa Indra : Merupakan Dewa Perang
i. Dewa Aswin : Merupakan Dewa Kembar/Kesehatan
j. Dewa Usa : Merupakan Dewa Fajar
Namun Dalam memuja Dewa di anggap sebagai satu dewa saja yakni monotheisme (percaya akan satu Tuhan) seakan tidak adanya pemujaan terhadap dewa yang lain oleh karena itu di sebut Henotheisme. Jaman Weda Kuno kemudian dilanjutkan dengan Weda Belakang yaitu zaman penulisan dan penghimpunan Wahyu Weda lainya, yaitu Sama Weda, Yayur Weda dan Athara Weda. Zaman Brahmana -> Di zaman ini merupakan perkembangan weda yang berpusat pada kehidupan ke agamaan yang berupa ritual-ritual upacara atau persembaan (sesaji) kepada keyakinan mereka.
Di zaman ini kedudukan Brahmana sangat penting karena tanpa adanya Brahmana maka upacara yang kebanyakan dengan persembahan terhadap dewa tidak bisa dilaksanakan dan tanpa sesaji dewa tidak dapat hidup. Karena perannya yang amat penting dalam ke agamaan maka Brahmana berkedudukan dikasta tertinggi diantara kasta-kasta yang lain seperti kasta Ksatria, Wesya dan Sudra. Ke empat kasta tersebut merupakan tingkat derajad di dalam masyarakat waktu itu. Ke empat kasta ini disebut sebagai Catur Wana. Di zaman ini penulisan Weda berkembang menjadi empat bagian yaitu:
1. Reg Weda
2. Sama Weda
3. Yajur Weda
4. Athara Weda
Zaman Upanisad -> di zaman ini di tandai dengan munculnya kitab Upanisad. Dimana kehidupan agama di zaman ini berpangkal pada filosofi atau kerohanian. Di zaman ini terdapat pengetahuan batin sehingga dapat membuka takbir alam ghaib. Konsepsi terdapat keyakinan pada panca Sraddha yaitu Brahman, Atman, Karman, Samsara dan Moksa. Demikian konsepsi tujuh hidup yang di sebut Parusartha yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa pada zaman ini di formulasi dengan Jelas. Karma ialah perbuatan baik-buruk dari manusia ketika hidup di dunia yang menentukan kehidupan berikutnya. Moksa ialah tingkatan hidup tertinggi yang terleas dari ikatan keduniawian atau terbebas dari renkarnasi.
2. Zaman Wira Carita
Jaman ini meliputi masa perkembangn kitab-kitab Upanisad disertai munculnya kitab Wira Carita Ramayana dan Mahabarata sebagai unsure contoh sikap yang baik dan benar.
3. Zaman Sutra
Zaman ini ditandai dengan munculnya kitab-kitab Sutra yang memuat penjelasan uraian dan komentar terhadap Weda dan Mantra, seperti Kalpasutra (kitab penuntun sesaji).
4. Zaman Scolastik
Zaman ini ditandai dengan lahirnya pemikiran-pemikiran besar seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa dan lain- lain.
Agama Hindu mengalami sebuah pasang surut dengan munculnya agama- agama baru di India yakni Budha, Jaina dan Sikh. Namun berkat peranan Dinasti Sunga dan Dinasti Gupta, agama Hindu kembali mendapat tempat pada masyarakat India sampai saat ini. Di Zaman Gupta yakni pada masa Pemerintahan Samudragupta dan Candragupta II. Ayah dan anak ini merupakan dua di antara pemimpin-pemimpin hebat bangsa Gupta. Dinasti tersebut menguasai hampir seluruh India Utara dari 320 sampai 497 M, meski pengaruh mereka tersebar lebih luas dan bertahan lebih lama. Bahjan gua-gua utama utama di Ajanta dibuat oleh dinasti bernama Vakatajka, yang mendominasi India sebelah selatan menjelang ahir dinasti Gupta dan yang mewarisi banyak gaya budya Gupta.Bukti fisik menunjukkan bahwa kemakmuran berjalan sejajar dengan keunggulan kesenian. Para Arsitek pada masa itu membangun candi=candiyang Indah dan para pematung memahat wujud dewa-dewi Hindu.
Agama Budha
C. Munculnya Agama dan Kebudayaan Budha di India
Pada awalnya agama Budha ini bukan suatu agama melainkan satu paham baru dalamagama Hindu yang lahir karena tidak menyukai kedudukan Istimewa kasta Brahmana. Dengan adanya hak-hak istimewa tersebut dirasa telah menyulitkan dan menghambat masyarakat awam untuk mencapai moksa. Olehkarena itu muncullah ajaran praktis yang dapat dilaksanakan semua kalangan masyarakat yaitu Budhisme yang disebar luaskan oleh Sidharta Gautama. Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha Siddharta Gautama dilahirkan dari suku Sakya pada awal masa Magadha 546–324 SM, di sebuah kota, selatan pegunungan Himalaya yang bernama Lumbini. Sekarang kota ini terletak di Nepal sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama Sakyamuni (harafiah: orang bijak dari kaum Sakya").
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (majhima patipada ). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah pohon bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan Kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam Sanskerta yang berarti "ia yang sadar" (dari kata budh+ta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda. Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran- aliran mazhab Buddha Nikaya, yang sekarang hanya masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mazhab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab- kitab baru.
D. Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Budha di India
1. Tahap Awal
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan maharaja Asoka pada abad ke-3 SM, agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa- peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua konsili (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.
2. Abad ke-5 SM
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja Ajatasattu dari Kekaisaran Magadha, dan dikepalai oleh seorang rahib bernama Mahakassapa di Rajagaha (sekarang disebut Rajgir). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha (sutta (Buddha)) dan mengkodifikasikan hukum-hukum monastik (vinaya): Ananda, salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran- ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum- hukum vinaya. Ini kemudian menjadi dasar kanon Pali, yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
3. Tahun 383 SM
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum Mahasanghika. Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi samsara dan mencapai arhat. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham Mahayana yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas"). Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan Asia Tengah menurut prasasti-prasasti Kharoshti yang ditemukan dekat Oxus dan bertarikh abad pertama.
4. Dakwa Asoka (+/- 260 SM)
Maharaja Asoka dari Kekaisaran Maurya (273–232 SM) masuk agama Buddha setelah menaklukkan wilayah Kalingga (sekarang Orissa) di India timur secara berdarah. Karena menyesali perbuatannya yang keji, sang maharaja ini lalu memutuskan untuk meninggalkan kekerasan dan menyebarkan ajaran Buddha dengan membangun stupa-stupa dan pilar- pilar di mana ia menghimbau untuk menghormati segala makhluk hidup dan mengajak orang-orang untuk mentaati Dharma. Asoka juga membangun jalan-jalan dan rumah sakit-rumah sakit di seluruh negeri. Periode ini menandai penyebaran agama Buddha di luar India. Menurut prasasti dan pilar yang ditinggalkan Asoka (piagam-piagam Asoka), utusan dikirimkan ke pelbagai negara untuk menyebarkan agama Buddha, sampai sejauh kerajaan-kerajaan Yunani di barat dan terutama di kerajaan Baktria-Yunani yang merupakan wilayah tetangga. Kemungkinan besar mereka juga sampai di daerah Laut Tengah menurut prasasti-prasasti Asoka.
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar