Bagaimana seorang mendapat Keselamatan kekal

Diposting oleh Selamat datang di blog on Selasa, 21 Februari 2012

Bagaimana seorang mendapat Keselamatan kekal? Apa yang diartikan dengan sebutan "keselamatan kekal"?

Pertama-tama keselamatan abadi atau kekal bukan seperti perjanjian "asuransi kesehatan untuk selama-lamanya" yang memberi jaminan kepada pemiliknya, agar tidak terbakar dalam api neraka kelak. Keselamatan itu bukan juga seperti "tiket masuk tempat pesta" yang kekal.

Pada dasarnya keselamatan abadi adalah hubungan kekal--persekutuan selama-lamanya-- dengan Tuhan Allah yang mengasihi kita dengan tak terbatas dan berkehendak agar kita membalas kasihNya, dengan mengasihiNya juga. Memang keselamatan abadi dinyatakan dengan jelas di Surga dimana Tuhan akan bersahabat dengan kita melalui cara yang tak terbayangkan. Namun keselamatan kekal kita sebagai hubungan kasih dengan Tuhan sekarangpun sudah ada di dunia ini bagi setiap orang yang mempercayakan diri kepadaNya melalui jalan keselamatan yang disediakanNya.

Mengapa amal atau perbutan baik kita tidak dapat menghasilkan "persekutuan abadi" dengan Tuhan?

Mari kita bayangkan sebuah kisah tentang Pak Sudurno. Ia adalah seorang dari desa yang dulunya pernah berbuat sesuatu yang sangat tidak baik. Karena kesalahan/kejahatan yang tidak dapat disangkal itu, Pak Sudurno tidak diterima dalam perkerjaan yang baik, tidak dapat maju sama sekali dan dianggap terbuang dari masyarakat sekitarnya. Hanya ada satu jalan bagi dia untuk terlepas dari beban ini, yaitu jika Kepala Desanya menulis surat pengampunan/grasi yang menyatakan rehabilitasinya. Menurut saudara apa yang Pak Sudurno akan mencoba melakukan untuk mendapat surat itu?

Pak Kades ini sangat jujur dan tak mungkin menerima "pelicin". Maka Pak Sudurno berusaha "berteman" dengan dia dengan jalan mengecat rumahnya, mengisi bak mandinya, menyabitkan rumput untuk kambingnya, memberisihkan WCnya, membawakan payungnya pada waktu hujan, sehingga dia sendiri kehujanan dan masuk angin, pokoknya selalu siap untuk menolong dan membantu Pak Kades "tanpa pamrih". Tentu saja Bapak Kades tahu maksudnya, bukan? Menurut saudara bagaimana pendapat Bapak Kades terhadap Pak Sudurno ini yang terus menjilat kepadanya? Apakah semua kebajikan ini dilakukan orang itu karena dia ingin berteman sungguh-sungguh dengan Pak Kades? Bukankah semua kebaikannya hanya untuk mendapat surat grasi itu? Apakah ada kemungkinan munculnya persahabatan/hubungan yang sehat diantara Pak Sudurno ini dan Kepala Desanya? Tentu saja, tidak! Apakah amal kebajikan akan memperbaiki atau justru menghancurkan hubungan persahabatan diantara Pak Sudurno dan Pak Kades? Jelas, menghancurkannya.

Mengapa seseorang ingin berbuat amal kebaikan kalau tidak ada pamrih apapun?

Biarlah cerita ini menggambarkan hubungan diantara perbuatan kebajikan dan hidup menurut Injil. Pada suatu ketika Pak Mojo ingin mengunjungi sahabatnya Pak Wilis yang bertempat tinggal dibalik gunung besar lewat jalan yang sempit dan berliku-liku. Pak Mojo memberitahu dengan surat kepada Pak Wilis bahwa pada hari Minggu dia ingin datang kesana. Pada hari itu sebelum Pak Mojo berangkat, dia mampir ke warung untuk minum tuak agar dia merasa lebih berani dalam perjalanan yang penuh resiko itu. Namun pada jalan yang sempit itu, dia tergelincir karena agak mabuk. Kemudian dia jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam, dan tulang kakinya patah. Pak Mojo berteriak-teriak minta tolong, tetapi tidak ada satupun orang yang lewat. Pak Mojo tahu bahwa jarang sekali ada orang yang lewat jalan itu, lalu dia mulai menangis dan pasrah untuk meninggal saja.

Makin lama makin sore dan Pak Wilis menjadi prihatin karena sahabatnya belum tiba. Mungkinkah ada halangan? Mungkinkah ada kesibukan atau undangan yang mendadak? Tetapi mungkinkah ada kecelakaan juga? Maka pada petang hari Pak Wilis meninggalkan rumahnya membawa lampu petromax dan tali besar. Berjam-jam dia berjalan melewati jalan yang berbahaya itu, sambil memanggil-manggil nama temannya yang bodoh itu. Malam sudah larut ketika Pak Wilis mememukan Pak Mojo yang patah tulang kakinya, jauh di dasar jurang yang dalam itu. Dengan talinya Pak Wilis menurunkan dirinya lalu memanggul sahabatnya itu, dan dengan pelan-pelan membawanya ke atas. Kemudian dia membawa Pak Mojo ke Rumah Sakit, menungguinya selama ia berbaring disana dan menjamin semua ongkos perawatannya. Mengapa Pak Wilis rela berkorban untuk Pak Mojo? Karena dia mengasihinya dan menghargainya sebagai teman yang baik. Maka dia mau berbuat apa saja untuk menjaga persahabatan itu.

Bagaimana sikap Pak Mojo terhadap Pak Wilis yang sudah menyelamatkannya dari mulut maut? Tentu saja Pak Mojo siap berbuat apapun juga sebagai tanda terima kasih kepada Pak Wilis, bukan? Mungkin dia mengecat rumahnya, mengisi bak mandinya, menyabitkan rumput untuk kambingnya, memberisihkan WCnya, membawakan payungnya pada waktu hujan dan lain-lain. Apakah perbuatan baik dari Pak Mojo akan memperkuat hubungan persahabatan ini atau justru merusaknya?


Jelas sekali jawabannya, yaitu semakin memperkuat hubungan persahabatan itu, karena perbuatan baik dari Pak Mojo sekarang bukan untuk mencari sesuatu dari Pak Wilis, namun sebagai tanda terima kasih atas keselamatannya. Begitu juga amal dan kebajikan kita terhadap Tuhan yang menyelamatkan kita. Injil menjelaskan bahwa kebajikan dan amal kita layak dipersembahkan kepada Tuhan asalkan dibuat sebagai persembahan syukur atas/karena Dia menyelamatkan kita dan bukan sebagai dorongan agar Dia mau menyelamatkan kita kelak.

{ 0 komentar ... read them below or add one }

Posting Komentar