KETERGANTUNGAN PERADABAN KINI PADA MINYAKBUMI

Diposting oleh Selamat datang di blog on Minggu, 22 September 2013



Kejadian pada akhir tahun l973 dan awal 1974 merupakan contoh paling baik mengenai ketergantungan peradaban dan kebudayaan manusia dewasa ini pada minyakbumi. Dengan diciutkannya produksi minyakbumi di beberapa negara penghasil minyak di Timur Tengah, timbullah suatu krisis yang meliputi seluruh dunia. Padahal pengurangan hanyalah meliputi 10% saja. Maka dapatlah dibayangkan bagaimana efeknya terhadap peradaban kita ini kalau minyakbumi itu sana sekali tidak ada. Pertama-tama dalam ha1 transport; jika minyakbumi tidak ada, maka pesawat terbang, kapal laut (yang dewasa ini binyak menggunakan mesin diesel ataupun uap yang mempergunakan minyakbumi), kereta-api dan apalagi kendaraan bermotor, seperti mobil truck, bus dan sebagainya tidak mungkin berjalan. Dalam keadaan tertentu, misalnya kapal-api memang masih bisa berjalan dengan batubara, begitupun kereta-api. Tapi jelas, bahwa kita tak bisa hidup tanpa alat transport lainnya, seperti mobil, pesawat terbang dan lain- lain.
Misalnya saja di Amerika serikat; untuk kota semacam New York jika sama sekali tidak ada minyakbumi maka penduduknya yang berjumlah 8.000.000 akan mati kelaparan karena tidak akan ada bahan makanan yang masuk ke kota tersebut. Bukan saja lalu-lintas manusia yang tidak bisa bergerak, tetapi berbagai macam barang, bahan vital untuk hidup sehari-hari dapat terputus oleh karenanya. Demikian pula di Indonesia walaupun kita belum seluruhnya tergantung dari minyak- dan gasbumi akan tetapi kita bisa mengharapkan berbagai kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan saja jika minyak tanah tidak ada, maka masak pun akan menjadi persoalan. Tak adanya bensin bisa menimbulkan kekacauan ekonomi.
Di Amerika Serikat kebutuhan akan minyakbumi lebih-lebih lagi menonjol karena keadaan musim. Tidak adanya minyakbumi akan mengakibatkan perumahan menjadi dingin dalam musim winter dan tentu akan banyak manusia mati beku, karena sistem pemanasan untuk perumahannya sudah sama sekali tergantung pada minyak- dan gasbumi. Hanya kelangsungan kehidupan di kota kecil atau di perkampungan saja yang masih dapat diharapkan, yaitu dengan mempergunakan kayu ataupun batubara. Untuk industri akibatnya sudah jelas, karena produksi akan macet sama sekali tanpa adanya tenaga penggerak.
Demikianlah penurunan produksi minyak oleh beberapa negara Arab pada tahun 1973-1974 telah menimbulkan suatu kemunduran bagi industri. Apalagi jika sumber minyak tidak ada sama sekali, maka seluruh industry akan lumpuh. Sumber energi lainnya tentu saja dapat dipergunakan, seperti misalnya batubara (di Inggris), tetapi bagaimana pun tingkat industrialisasi akan sangat mundur. Produksi tenaga listrik juga sangat dipengaruhi oleh peristiwa tahun 1973-1974. Jepang menjadi gelap gulita karena kebanyakan sumber tenaga listriknya tergantung dari minyakbumi. Begitupun Amerika Serikat, sebab lebih dari 50% sumber perlistrikan berasal dari pembangkit tenaga uap atau diesel yang dihasilkan atau digerakkan oteh minyakbumi. Di New York, seluruh kehidupan tergantung pada listrik, misalnya untuk naik-turun lift atau elevator, pemanasan dan sebagainya. Tanpa adanya minyak, peradaban di Amerika Serikat yang kita ketahui dewasa ini akan mati sama sekali.

Dapat diulas kembali bahwa peradaban yang dewasa ini kita nikmati sangat tergantung pada minyak- dan gasbumi, maka sulitlah untuk dibayangkan bagaimana jika minyak- dan gasbumi itu sudah tidak ada lagi. Dewasa ini lebih dari separuh cadangan minyakbumi terdapat di beberapa neqara Timur Tengah dan kehidupan ini akan sangat tergantung daripada kebijaksanaan para pemimpin di Timur Tengah. Dari sini kita bisa melihat pentingnya minyakbumi; bukan saja mempengaruhi politik militer tetapi terutama kebudayaan kita. Banyak ahli meramalkan bahwa minyakbumi akan habis di abad ke-21. Sementara ini berbagai sumber energi lainnya harus mulai dikembangkan.
Sukar untuk dibayangkan mengenai apa yang akan terjadi dengan mobil, pesawat jet dan kendaraan lainnya (yang dewasa ini merupakan sesuatu yang sudah dianggap biasa), kalau dalam abad ke-21 nanti minyakbumi bukan lagi merupakan sumber energi utama.

Perkembangan segi politik dan segi militer merupakan sebagian kecil saja dari akibat ketergantungan peradaban manusia dewasa ini pada minyak- dan gasbumi.
Hidup matinya suatu negara sangat tergantung daripada minyakbumi. Krisis energi tahun 1973-1974 menggambarkan bagaimana pentingnya minyakbumi bagi perkembangan sesuatu negara. Negara yang sedang berkembang akan sangat dipengaruhi perkembangannya oleh tidak adanya minyak- dan gasbumi, apalagi negara yang sudah berkembang. Dapat kita lihat bahwa tidak senua negara industri memiliki cadangan minyak, hanya beberapa negara saja yang memilikinya secara cukup atau berlebihan. Mungkin lebih banyak negara yang tidak mempunyai cadangan minyak daripada negara yang mempunyainya. Indonesia dalam hal ini beruntung sekali mempunyai cadangan minyak yang cukup besar, walaupun sebagai produsen minyakbumi di dunia hanya menduduki tempat nomor 9 ataupun 1O.

Berbagai negara Eropa pada umumnya tidak mempunyai cadangan minyakbumi. Inggris, Belanda, Swedia, Norwegia, Portugal, Spanyol, Irlandia tidak1ah mempunyai cadangan minyak yang diperlukan untuk kelangsungan peradabannya ataupun industrinya. Jerman dan Perancis hanya mempunyai sumber yang sangat terbatas. Romania merupakan produsen utama di Eropa kecuali Uni Soviet yang mempunyai cadangan minyak yang setaraf denqan Amerika Serikat dan kebutuhan untuk minyakbuminya dapat dipenuhi. Ditemukannya minyakbumi di Laut Utara akan menjadikan 'Inggris dan Swedia' sebagai negara produsen utama di Eropa dan memberikan gairah kepada beberapa negara di sekitarnya untuk mengexplorasi lebih banyak lagi, untuk mengakhiri ketergantungannya terhadap Timur Tengah. Amerika Serikat mempunyai cadangan cukup besar yaitu kira-kira 30 milyar barrel, mempunyai produksi harian yang sangat tinggi, sesuai dengan permintaan yang sangat besar, yaitu hampir 19.000.000 barrel tiap hari. Walaupun demikian tetap mengharuskan negara ini mengimpor minyak dari berbagai negara Timur Tengah, meskipun hanya meliputi 10% saja. Dengan adanya krisis energi pada tahun 1973-1974, sumber minyakbumi yang didapatkan di lepas pantai (terutama di daerah Pasifik) dan di Alaska
digiatkan. Pada mulanya pengusahaannya dihalang-halangi para ahli ilmu
lingkungan karena masalah perusakan lingkungan yang dapat ditimbulkannya. Akan tetapi ketidak-adaan energi merupakan masalah yang lebih gawat 1agi. Dengan demikian kita melihat bahwa tidak meratanya cadangan minyak di dunia ini (boleh dikatakan hanya terkonsentrasikan di Timur Tengah) menyebabkan banyak pertikaian politik yang terus menerus terjadi di Timur Tengah. Belakangan ini para pemimpin Arab rupanya sadar akan kepentingan minyakbumi untuk kehidupan Eropa Barat dan Amerika Serikat. Mereka berhasil dapat menguasai berbaqai perusahaan minyak dengan membeli saham perusahaan tersebut tanpa mengadakan nasionalisasi, sehingga memungkinkan melakukan aksi boikot dan embargo. Dengan demikian kita melihat bahwa minyak merupakan senjata ampuh bagi para pemimpin Arab terhadap negara barat. Pada waktu buku ini ditulis belumlah dapat dilihat bagaimana kesudahan politik atau pemakaian minyak sebagai suatu senjata politik baru.

Dari segi militer, minyakbumi telah menghasilkan metoda peperangan yang lain daripada sebelumnya. Minyakbumi telah memberikan mobilitas pada peperangan yang selanjutnya menghasilkan peperangan yang lebih dahsyat lagi tetapi lebih singkat. Sebagai contoh, misalnya perang Dunia Kedua. Adanya minyakbumi justru menghasilkan beraneka macam senjata yang lebih ampuh daripada sebelumnya, misalnya pesawat terbang, tank baja, kapal perang, kapal seram dan sebagainya. Adanya penguasaan minyakbumi seringkali menentukan jalannya peperangan. Misalnya saja Marsekal Rommel mengalami kekalahan di Afrika, bukan semata-mata karena tentaranya tidak mampu, tetapi karena akibat Korps Afrika yang dibanggakannya tidak berhasil mendapatkan bahan bakar untuk senjata perangnya. Begitu pun Jepang pada waktu pecahnya perang dunia kedua segera menyerbu ke Indonesia untuk menguasai lapangan minyak yang terdapat di Indonesia. Dengan demikian dia terpaksa menaklukkan Indonesia sebelum menyerbu ke Australia atau ke Amerika serikat. Sebaliknya Jendral MacArthur tidak perlu memperebutkan Indonesia, karena Amerika pada waktu itu mempunyai cadangan minyak yang cukup banyak sehingga Indonesia dilewat begitu saja. Dari Australia dia langsung melompat ke Philipina dan setelah Philipina dikuasai tentu persediaan minyakbumi dari Indonesia terputus dari angkatan perang Jepang dan Jepang pun kalah.

{ 0 komentar ... read them below or add one }

Posting Komentar