Asimilasi Batuan Dinding

Diposting oleh Selamat datang di blog on Selasa, 07 Juli 2015

A.    BATUAN BEKU
Batuan beku atau Igneos Rocks adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma dalam perjalanannya menuju permukaan bumi baik pembekuannya didalam (intrusi) karena magma belum mencapai permukaan bumi atau pembekuannya diluar (ekstrusi) karena magma sudah mengalir di permukaan bumi atau disebut juga Lava. Ciri khas batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu kenampakan suatu massa dari unit-unit Kristal yang saling mengisi kecuali gelas yang bersifat non kristalin.
            Batuan beku adalah merupakan kumpulan mineral-mineral silikat dari hasil penghabluran magma yang mendingin (W.T. Huang, 1962). Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan
·         Genetik batuan.
·         Senyawa kimia yang terkandung.
·         Susunan mineralnya.
           
            Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari batuan beku dapat dibagi atas:
·         Batuan ekstrusi.
·         Batuan intrusi.

             Batuan ekstrusi terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava. Magma yang mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar.

            Keluarnya magma dipermukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear (fissure eruption), pada umumnya magma basaltic yang vikositasnya rendah, sehingga dapat mengalir disekitar rekahan, menjadi hamparan lava basalt. Sedangkan yang keluar melalui lubang kepundan dinamakan erupsi sentral.
            Magma dapat mengalir melalui lereng, sebagai aliran lava atau tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung dari komposisi magmanya dan tempat atau lingkungannya dimana pembekuan terjadi, apabila membeku dalam permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), sesuai dengan namanya bentuknya mirip dengan bantal.
            Batuan beku adalah yang terjadi akibat pembekuan larutan silika cair dan pijar, yang kita kenal dengan nama MagmaPenggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya.
            Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel.
            Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
            Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu,Pembagian yang berdasarkan genetik atau tempat terjadinya dari batuan beku dapat dibagi atas : Batuan ekstrusi, terdiri dari semua material yang dikeluarkan kepermukaan bumi baik di daratan maupun di bawah permukaan laut material ini mendingin dengan cepat, ada yang berbentuk padat atau suatu larutan yang kental dan panas yang disebut lava.
            Magma yang mencapai permukaan bumi melalui rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan beku luar. Keluarnya magma dipermukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linear(fissure eruption), pada umumnya magma basaltic yang vikositasnya rendah, sehingga dapat mengalir disekitar rekahan, menjadi hamparan lava basalt plateau basalt.
            Sedangkan yang keluar melalui lubang kepundan dinamakan erupsi sentral. Magma dapat mengalir melalui lereng, sebagai aliran lava atau tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis tergantung dari komposisi magmagnya dan tempat atau lingkungannya dimana pembekuan terjadi, apabila membeku dalam permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), sesuai dengan namanya bentuknya mirip dengan bantal.
            Batuan intrusiproses batuan ini sangat berbeda dengan kegiatan batuan ekstrusi, dimana batuan ini sifatnya menerobos lapisan batuan yang sebelumnya telah terbentuk magma yang membeku dibawah permukaan, pendinginannya sangat lamban (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan munculnya kristal yang besar dan sempurna menjadi tubuh batuan intrusive. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, karena magma dapat menguak batuan di sekitarnya atau menerobos melalui rekahan. Tiga prinsip dari tipe bentuk intrusi batuan beku berdasarkan bentuk dasar dan geometri adalah :
·         Bentuk yang tidak beraturan pada umunya berbentuk diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di permukaan (batholit dan stock).
·         Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda yaitu yang mempunyai bentuk diskordan (dike) dan yang berbentuk konkordan (silt dan lakolit).
·         Tipe ketiga dari tubuh intrusi relatif memiliki tubuh yang kecil. Bentuk khas dari grup ini adalah intrusi silinder atau pipa, sebagian besar sisa dari korok gunung api (vulcanik neck).
           



B.     PROSES PEMBENTUKAN BATUAN BEKU
                  Cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara ilmiah, bersifat mobile,          bersuhu antara 9000-12000 atau lebih berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung        bumi bagian atas. Komposisi magma dikontrol oleh elemen-elemen yang dapat berlimpah       di bumi  yaitu Al, Fe, Ca, Mg, Na, K, H dan O. Karena anion O2-, maka umumnya            komposisi magma diekspresikan dalam oksida seperti SiO2, Al2O3, CaO, dan H2O.

      Berdasarkan analisa kimia dari sample batuan beku terdiri dari :
·         Senyawa-senyawa yang bersifat non volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma sehingga merupakan mayor elemen, terdiri dari oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.
·         Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2.
·         Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace elementdan merupakan minor elemen seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, Cr, S dan Pb.

            Pendapat Bunsen 1951, vide W.T. Huang 1962, ada dua jenis magma primer yaitu basaltic dan granitic, dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain. Pendapat lain Dailly Winkler, 1933, Vide W.T. Huang 1962, yaitu magma asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses differensiasi magmatik akan menjadi magma bersifat lain.Magma basa bersifat lebih encer (vikositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar H+, OH- dan gas tinggi. Sedangkan magma asam adalah sebaliknya.
      Sekurang kurangnya genesa batuan beku, vulkanik maupun plutonik harus ditinjau dari tiga segi :
1.      Faktor yang memberikan bagaimana dan dimana larutan yang bergenerasi didalam selubung atau pada kerak bumi bagian bawah.
2.      Kondisi yang berpengaruh terhadap larutan sewaktu naik kepermukaan.
3.      Proses-proses didekat permukaan yang menyempurnakan generasi.
        
         Magma yang berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses sebagai berikut :
1.      Hibridasi   :Pembentukan magma baru karena percampuran dua magma yang
                   berlainan jenisnya.
2.      Sinteksis    :Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan
                   samping.
3.      Anateksis  :Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang
                   sangat besar.
      Ada tiga cara megakibatkan perubahan-perubahan tersebut, yaitu:
·         Diffrensiasi magma,
·         Asimilasi dan
·         Proses pencampuran magma.

1.        Differensiasi Magma
           Merupakan suatu proses dimana yang homogen terpisah dalam fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda. Barth melakukan perubahan pada diagram yang dibuat oleh bowen, yang menunjukkan adanya reaksi yang pokok yaituDiscontinous series dan Continous series.
           Differensiasi magmatik meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang berfariasi.Proses-proses diffrensiasi magma meliputi:
·         Vesiculation: Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), Karbon dioksida (CO2), Sulfur dioksida (SO2), Sulfur (S) dan Klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda. Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti Sodium dan Potasium.





·         Diffusion: Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan unsur yang lain dari dinding reservoar.
·         Flotation:Kristal-kristal ringan yang mengandung Sodium dan Potasium cenderung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur Sodium dan Potasium.
·         Gravitational Settling: Mineral-mineral berat yang mengandung Kalsium, Magnesium dan Besi, cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral Silikat yang lebih ringan.
·         Assimilation of Wall Rock: Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya akan Sodium, Potasium dan Silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan Kalsium, Magnesium dan Besi, magma akan berubah menjadi berkomposisi Gabroik.
·         Thick Horizontal Sill: Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
·         Fragsinasi: Proses pemisahan Kristal-kristal dari larutan magma, karena proses kristalisasi berjalan tidak seimbang atau Kristal-kristal mengubah perkembang. Komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
·         Liquid Immisbility: Ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membelah membentuk bahan yang heterogen.

2.        Assimilasi
           Evolusi magma dapat juga dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dengan batuan sekitarnya (wall rock). Jika magma yang menerobos kepermukaan temperaturnya lebih tinggi dari pada temperatur batuan sekitarnya tersebut hingga mempengaruhi komposisi magma tersebut. Hal ini sering terjadi terutama pada magma plutonik karena letaknya yang jauh dari permukaan bumi.
Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.
Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku.

Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga gelas.
2.      Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.
3.      Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.
4.      Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.
5.      Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.

            Komposisi kimiawi magma hasil analisa kimia dari sampel batuan beku terdiri dari: Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan unsur oksida dalam magma, senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, dan SO2, serta unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak dan merupakan minor element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, CO, V, Li, S, dan Pb.

3.        Proses Pencampuran Magma
           Maksudnya adalah dua batuan yang terbentuknya berbeda seperti batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal dapat juga dihasilkan dari campuran sebagian kristalin,yaitu kristalisasi magma. Contohnya adalah batuan basalt, andesit dan Rhyolit di Colorado dihasilkan dari pergantian erupsi yang cepat dari suatu lubang erupsi.








C.    JENIS BATUAN BEKU
1.      Gabbro, Dolerit, dan Basalt
Batuan beku basa ini mengandung mineral vero, magnesia, sehingga berwarna hitam atau gelap; dijumpai sebagai material kontruksi yang mempunyai nilai ekonomi sebagai material jalan dan bahan bangunan, berat jenis antara 2.9-3.2. berdasar tingkat kekentalan magma basa pembentuknya, basalt terbentuk oleh kristal yang halus, dan berangsur makin kasar menjadi dolerit dan menjadi gabbro bila kristalnya kasar. Ragam basalt tak jenuh adalah gabbro olivin, dolerit olivin, basalt olivin, dan variasi felspatoid

2.      Pikrit dan Peridotit
Batuan ini mengandung mineral mafic dengan sedikit felspar atau tak ada felspar. Berkristal kasar , kolokristalin kebanyakan warna gelap. Berat jenis tinggi antara 3 sampai 3.3. sebagaimana dikenal sebagai batuan beku ultrabasa. Kandungan kwarsa 40% atau kurang, dan disebut batuan tak jenuh.Batuan ultrabasa dijumpai sebagai singkapan sangat sedikit, kadang terbentuk di bagian bawah batuan intrusi basa, ketika mineral berat yang terbentuk tenggelam pada magma basa sebelum membeku menghasilkan lapisan massa batuan ultrabasa.
Bila situasi batuan ultrabasa serpentinit yang terbentuk dari sumber yang dalam, menembus ke atas melalui zona sesar membentuk masa batuan yang bersosiasi dengan sesar, seperti disesar Alpin Besar di New Zealand.

3.      Diorit, Porpirit dan Andesit
Batuan beku menengah ini disebut batuan jenuh karena kandungan kwarsa kecil, namun dengan bertambahnya kandungan kwarsa dan timbulnya ortoplas berubah menjadi batuan beku asam : jadi diorit-diorit kwarsa – granodiorit – granit. Dipakai sebagai batuan pondasi dasar dan bangunan tembok. Ataupun material agregate beton.


Porpirit variasi dari diorit atau andesit dengan teksturnya yang khas porpiritik. Sedang andesit mempunyai tekstur yang halus ( afanitik ) dan dijumpai sebagai tumbuh lava yang banyak terdapat di Jawa di sekitar gunung api masa kini ataupun di jaman tertier. Sebagai material bahan bangunan banyak dipakai sebagai jalan raya, agregate batu candi, rip rap, ataupun sebagai ornamen bila diperoleh sebagai hasil pecahan lempeng.

4.      Granit dan Granodiorit
Batuan jenis asam ini berwarna terang, merupakan batuan kasar karena membeku di dalam bumi secara perlahan sebagai sebagai tubuh batuan plutonik atau intrusi mayor. Juga diebut batuan lewat jenuh. Sebagian batholit merupakan inti dari pegunungan lipatan dan paling banyak dijumpai di muka bumidari jenis plutonik. Granit merupakan batuan utama sebagai bahan stuktur bangunan karena mempunyai kekerasan tinggi sangat kuat, kenampakan bagus, sangat tahan terhadap pelapukan.
Kekuatan terhadap penghancur berkisar 20.000-35.000 lbs/inc2 dan sangat bagus sebagai campuran agregat beton. Berat jenis granit = 2.67 dan granodiorit = 2.72. Nama dagang granit dipakai untuk semua batuan yang secara geologi sebetulnay bukan termasuk granit : seperti diorit dan genes.

5.      Porpiri Kwarsa dan Lava Asam Porpiri Kwarsa
Ini serupa granit dalam bentuk dyke dengan kandungan mineral, namun tekstur porpiritik dengan kristal fenokris adalah kwarsa dan ortoklas pada masa dasar mikrokristalin felspar dan kwarsa kristal kecil dari mika sering ada. Dyke dan sill dari porpiri kwarsa sering dijumpai di daerah granit. Bila kristal fenokris tiada batuan disebut felsit. Lava asam yang juga adalah rhyolit dan dasit, dijumpai dalam jumlah terbatas dan dibanding batuan beku basa lebih sedikit jumlahnya.




6.      Rhyolit
Jenis lava asam yang dicirikan struktur aliran, dan disebut obsidian bila terdiri dari gelas berwarna gelap dengan pecahan konkoidal. Tekstur dapat gelas atau porpiritik atau kriptokristalin, fenokris dapat berupa kwarsa atau ortoklas.  Dasit jenis lava asam yang komposisinya sama dengan granodiorit, dan dibedakan dengan rhyolit dengan adanya plagioklas pada andesit, dan dibeakan dengan adanya kristal kwarsa. Pumis, merupakan jenis lava yang meninggalkan lubang gas yang sangat rapat sehingga dapat terapung karena sangat ringan (batu apung). Komposisi pumis dapat seperti rhyolit atau lebih basa. Dipakai sebagai bahan bangunan beton ringan untuk dinding penyekat tahan atau kedap suara.
Ini adalah batuan plutonik yang disendirikan karena tak seperti keluarga plutonik asam, mengandung alkali yang lebih tinggi pada kadar silika yang sama seperti pada granudiorit. Dengan kadar felspar alkali yang jumlahnya besar dan terkadang adanya felspatoid, syenit merupakan batuan beku yang berbeda dibading kelompok beku lainnya. Dengan munculnya kwasa syenit berubah menjadi syenit kwarsa atau grenit alkali (variasi grenit) sedang dengan munculnya plagioklas, serta mineral mafican berkurangnya ortoklas berangsur menjadi gabbro alkali.
Batuan syenit tak melimpah seperti grenit, secara lokal jumlah banyak dipakai untuk material konstruksi. Jenis syenit yang tak jenuh seperti syenit nephelin yang sangat menarik karena variasinya, terutama untuk ahi petrologi namun disini dibatasi pembahasannya. Jenis syenit porpiri(felspar, porpiri, tanpa kwarsa) adalah syenit yang terbentuk sebagai dyke, dan sebagai bentuk ekstrusif adalah trachyt.








BAB II
PENUTUP

KESIMPULAN        :

ASIMILASI BATUAN DINDING
(MIXING OF PARENTAL) BUMI EFEK VOLATILE

            Magma berproses ketika magma melalui mantel, kerak naik ke dekat permukaan jalan, dan berbagai perubahan yang terjadi dengan proses yang kompleks. Mengacu pada proses pendinginan magma terus mengkristal menjadi mineral dan proses pemisahan meleleh. Hal ini juga dikenal sebagai kristalisasi fraksional. Di berbagai belahan magma intrusi gradien suhu yang ada, umumnya tepi bawah pusat lebih tinggi. Batu gradien suhu dan  gradien konsentrasi yang dihasilkan mempunyai komponen titik lebur tinggi ke daerah difusi zona suhu rendah. Umumnya mineral batuan tepi lebih gelap.
            Setelah itu formulir gelembung gas naik dan mencair. Titik leleh dibubarkan, komponen kepadatan rendah dengan penanganan gas kemudian dibawa ke atas lelehan, sehingga terjadi  diferensiasi. Proses ini mengandung magma volatil tertentu, di mana H2O naik. Suhu superkritis dan tekanan kepadatan volatil menjadi besar. Dekat cairan jumlah terlarut dalam magma dan zat terlarut lainnya (khususnya, titik lebur yang rendah, komponen kepadatan rendah) juga kuat. Ketika magma naik ke dangkal, atau menghancurkan dipotong ke ruang magma, karena penurunan mendadak dalam tekanan. Hal ini terjadi di saat tekanan hidrostatik kurang dari tekanan uap jenuh, maka volatil mendidih dan  magma muncul gasifikasi curah hujan dan fenomena pemisahan, sehingga terjadi angkutan udara\efek. Selain itu, sejak awal magma diendapkan umumnya mengandung sedikit Kristal dan tidak stabil. Curah hujan kristal, akan semakin stabil, ketika penurunan tekanan, mereka akan mendidih dengan proses magma gasifikasi dan pemisahan gas presipitasi.

             Peran penanganan gas batu di atas SiO2, K2O, Na2O meningkat, mineral volatil kaya (misalnya amphibole, mika, apatit, fluorit, dll) meningkat, dan dapat membawa unsur logam pada batu di atas, zona kontak luar, pembentukan tungsten, timah, berilium, niobium, tantalum dan mineral lainnya.
            Dan dengan peran akuntabel batuan dan magma xenoliths meleleh. Berbeda dengan asimilasi magma. Karena rock xenoliths menyerap beberapa bahan, sehingga peran asli perubahan komposisi magma, disebut efek kontaminasi magma. Oleh karena itu, selama magma dan rock xenoliths melebur terjadi proses mencair metasomatisme. Hal ini akan terikat baik, tetapi juga terjadi efek kontaminasi, sehingga sering disebut sebagai efek asimilasi atau efek kontaminasi.
            Kontaminasi kerak tidak hanya dapat mengubah komposisi magma, tetapi juga magma pendingin, kristal curah hujan, dan mempromosikan diferensiasi. Sebagai magma kristal curah hujan menyebabkan peningkatan panas dan volatile, tetapi juga untuk mempromosikan penguatan peran asimilasi. Oleh karena itu, efek asimilasi adalah terjadinya keragaman batuan beku salah satu alasan penting. Efek Asimilasi terutama terlihat pada batuan intrusi granit.

sumber : pusatnyaanakpertambangan

{ 0 komentar ... read them below or add one }

Posting Komentar