Lumpur lapindo atau sering juga disebut lumpur Sidoarjo (LUSI) merupakan semburan lumpur yang tak kunjung berhenti sejak 29 Mei 2006, peristiwa ini terjadi pada lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, akibat dari semburan lumpur ini telah menenggelamkan sebanyak 16 desa, hal ini berarti lebih dari 728 hektar telah tergenangi. Dalam area yang tergenangi ini tidak hanya terdapat rumah penduduk saja, namun ada sarana pendidikan, pabrik, dan kantor pemerintahan yang juga ikut tergenang. Dengan keadaan ini secara otomatis akan banyak penduduk yang bukan hanya kehilangan tempat tinggalnya namun juga kehilangan mata pencahariannya dan akan ada banyak anak yang kehilangan tempat mereka untuk menuntut ilmu. Bencana lumpur lapindo juga telah mencemari lingkungi sekitar dari wilayah yang digenangi, seperti areal persawahan dan ladang milik warga. Banyak ternak milik warga yang ikut mati dalam bencana ini.
Gambar 2. Peta Lokasi Desa yang tergenam Lumpur Panas
Gambar 3.Citra Satelit Lokasi Lumpur Sidoarjo
Munculnya Lapindo Brantas Inc
Lahirnya UU baru yaitu UU MIGAS pada tahun 2001 membuka kesempatan bagi sektor swasta baik domestik maupun internasional untuk beroperasi di Indonesia, tanpa ada intervensi apapun dari pemerintah , dari sinilah awal mula masuknya keluarga Bakrie dalam bisnis migas. Jawa Timur sendiri memiliki cukup banyak titik eksplorasi migas yang dikelola oleh berbagai perusahaan domestik maupun asing seperti Exxon Mobil Oil (Blok Cepu), Energi Mega Persada (Blok Brantas), Meta Epsi Drilling Company (kelompok Arifin Panigoro), Santos (Australia), untuk wilayah laut jawa atau Offshore terdapat Hess Indonesia. Ltd dan Petronas (Malaysia). Dari banyaknya WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) sehingga Jawa timur termasuk penghasil Migas terbesar di Indonesia setelah Kalimantan Timur dan Riau.
Blok Brantas, yang melingkupi wilayah Sidoarjo, Mojokerto danPasuruan, merupakan salah satu lokasi eksplorasi migas. Pada awal 1990an, PT Huffco Brantas, perusahaan Amerika, memiliki kontrak perjanjian karya di blok Brantas. Pada pertengahan 1990an, Huffco menjual kontrak itu ke Lapindo Brantas Incorporated. Di tahun 2004, Energi Mega Persada (EMP) dan Novus Brantas ( British Petroleum) mengambil alih Lapindo. Pada tahun 2005, Novus Brantas menjual sahamnya ke Meta Epsi Drilling Company (Medco) dan Santos. Jadi komposisi kepemilikan Lapindo Brantas Inc. ketika lumpur mulai menyembur adalah: EMP (50 persen), Medco (32 persen) dan Santos (12 persen). EMP merupakan salah satu anak perusahaan Bakrie & Brothers, menjelaskan keterlibatan Bakrie dalam eksplorasi migas di Sidoarjo.
Bagan.1. Susunan Perusahan-Perusahaan di PT. Energi Mega Persada. Tbk
Fisiografi Daerah Sidoarjo
Daerah Sidoarjo secara fisiografi termasuk dalam Zona Kendeng yang diapit oleh Zona Rembang di bagian utara dan zona Solo di bagian selatan (Bemmelen, 1949). Di wilayah ini tersingkap Formasi Kabuh, Formasi Jombang, dan Aluvium. Santosa dan Suwarti (1992) telah memetakkan geologi Lembar Malang dan daerah Sidoarjo termasuk di bagian utaranya yang secara umum tersusun oleh batuan sedimen klastika, epiklastik, piroklastik, dan aluvium, berumur dari Plistosen Awal hingga Resen.
Di sebelah utara wilayah Sidoarjo terdapat antiklin dengan sumbu berarah timur–barat yang menghunjam ke arah timur (Selat Madura). Antiklin ini menempati bagian timur dari Zona Kendeng tersebut. Di daerah Porong dan sekitarnya tempat semburan LUSI terjadi merupakan daerah dataran yang ditutupi oleh endapan aluvial Delta Brantas setebal ±100 m lebih. Endapan aluvial ini ke arah selatan langsung kontak dengan batuan vulkanik Gunung Penanggungan, salah satu kerucut tua dari Kompleks Gunung Api Arjuno – Welirang.
Stratigrafi Daerah Sidoarjo
Stratigrafi batuan yang terdapat di daerah Sidoarjo dan sekitarnya dapat dicerminkan oleh stratigrafi sumur eksplorasi minyak dan gas bumi Banjar panji-1 dan Porong, Sidoarjo. Endapan batuan di wilayah ini diawali dengan terbentuknya batugamping pada zaman Pliosen, kemudian ditutupi secara tidak selaras oleh endapan batupasir vulkanik Pliosen atas, batulempung berwarna kebiru-biruan, selang-seling batupasir dan serpih berumur Plistosen Bawah - Tengah. Kelompok batuan tersebut kemudian yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan Gunung Api Notopuro berumur Plistosen Atas dan aluvial Delta Brantas berumur Resen.
Batupasir vulkanik yang terdapat di sumur Banjar panji-1 ini mempunyai ketebalan sekitar 962 m (Adi Kadar dkk, 2007) yang menipis ke arah timur (PT. Lapindo Brantas, 2006). Lapisan batuan ini adalah endapan batuan vulkanik hasil erupsi gunung api yang berada di sebelah barat atau barat dayanya yang berumur Pliosen Atas dan merupakan hasil orogenesa Plio - Plistosen. Batulempung berwarna kebiru-biruan yang menindih di atasnya adalah bagian bawah dari Formasi Pucangan berumur Plistosen Bawah.
Gambar 4.Sayatan Geologi Bawah Permukaan Sumur Banjar Panji-1
Tatanan Tektonik
Cekungan Jawa Timur merupakan cekungan batuan sedimen yang sangat luas dimulai dari Jawa Tengah bagian timur sampai ke Selat Madura (Bemmelen, 1949). Batuan yang terdapat di bagian timur berumur relatif muda dibandingkan dengan bagian barat. Cekungan ini telah mengalami perlipatan dengan sumbu antiklin berarah timur – barat dan pensesaran, baik sesar normal maupun sesar naik sejak Miosen sampai Resen (Davies dkk, 2007).
Cekungan Jawa Bagian Timur sudah terbentuk pada zaman Tersier yang mengendapkan batugamping, batunapal, dan batuan gunung api. Aktivitas vulkanik yang terjadi pada saat itu terdapat di bagian selatan Pulau Jawa, membentuk Formasi Andesit Tua dan Gunung Banyak yang terdapat di sekitar Surakarta (Bemmelen, 1949). Stratigrafi Cekungan Jawa Timur (Tabel 2.1.).
Tabel.1. Korelasi Stratigrafi Batuan Tersier dan Kuarter di Jawa Bagian Timur dan LUSI (Modifikasi Bemmelen, 1949 dan Kadar, 2006).
Pada zaman Miosen Atas terbentuk Formasi – Formasi Kalibeng Bawah, Cipluk, Kapung, dan Kalibiuk di Zona Kendeng. Di Zona Rembang masih berlangsung pengendapan Formasi Wonocolo yang ditutupi secara selaras oleh Formasi Ledok dan kemudian disusul oleh Formasi Mundul pada bagian sayap selatan dan Formasi Kerren pada sayap utara sampai zaman Pliosen Tengah. Di Zona Kendeng kemudian pada zaman ini terbentuk Formasi Kalibeng Atas yang terdiri atas batugamping Klitik, batunapal Sonde, dan batugamping Balanus, sedangkan di sekitar Ungaran terbentuk Seri Damar.
Pada zaman Pliosen Atas - Plistosen Bawah pengangkatan dasar laut terus berlangsung dengan perlahan dan terbentuklah Formasi Kalibeng Atas dan Formasi Pucangan berupa batulempung hitam yang diendapkan pada lingkungan danau air tawar. Formasi Kalibeng Atas (batugamping) yang berkembang pada lereng selatan ditutupi selaras oleh batupasir tufaan kapuran dengan moluska laut dan secara setempat – setempat berupa batugamping Balanus. Kemudian lapisan batuan tersebut dikenal dengan “Ngronan Horizon”, yang ditutupi secara selaras oleh lapisan batuan vulkanik dari Formasi Pucangan (Bemmelen, 1949). Gunung Wilis Tua merupakan gunung api yang aktif saat itu yang salah satu hasil erupsinya diantaranya membentuk lapisan batuan vulkanik dalam Formasi Pucangan. Sedangakan di Zona Rembang terbentuk batulempung biru dengan batunapal dan batugamping dari Formasi Malo.
Pada zaman Plistosen Tengah proses tektonik berlangung semakin kuat, yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan yang berarah relatif timur – barat, dan patahan naik serta patahan normal berarah relatif sama, yaitu timur – barat. Lipatan – lipatan kecil (antiklinorium) Cepu terus berlanjut hingga ke Pulau Madura.
Di sebelah selatan wilayah ini terdapat Jalur gunung api Gunung Lawu Tua, Gunung Wilis, dan Anjasmoro. Aktivitasnya berlangsung sampai Plistosen Atas (1 juta tahun yang lalu). Produk letusannya menghasilkan endapan batuan Formasi Notopuro. Di sebelah utara Zona Randublatung di sekitar Rembang terbentuk Gunung Lasem dan Gunung Butak yang merupakan aktivitas magmatik back arc basin. Daerah Rembang dan sekitarnya berubah menjadi daratan 1,5 juta tahun yang lalu.
Pada zaman Plistosen Atas (1 juta tahun yang lalu) Gunung Lawu Tua longsor ke arah utara membentuk endapan – endapan batuan vulkanik di sekitar Solo, setelah itu istirahat cukup lama, kemudian kembali aktif dan membentuk Gunung Lawu Muda dikenal juga dengan nama Gunung Jobolarangan. Pada saat itu aktivitas Gunung Anjasmoro berpindah relatif ke sebelah selatan, timur, dan timur laut membentuk Kompleks Gunung Kawi – Arjuno – Welirang – Penanggungan, sedangkan Gunung Wilis tidak menunjukkan aktivitasnya lagi sampai saat ini. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk morfologinya yang kasar mencerminkan tingkat erosi yang sudah sangat lanjut.
Zona Randublatung dari 1 juta tahun yang lalu sampai saat ini terus mendangkal, yang dahulunya berupa rawa – rawa / laut sangat dangkal berubah menjadi dataran aluvial. Daerah ini merupakan tempat terkumpulnya endapan – endapan sungai atau dataran limpah banjir yang menghasilkan endapan – endapan lumpur seperti kita lihat di sawah – sawah yang ada sekarang.
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar