Sudah menjadi rahasia umum untuk mahasiswa atau orang yang beragama Islam, bahwa dakwah adalah kewajiban turun temurun dari zaman Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam hingga Islam terbagi-bagi seperti sekarang. Dalam dakwah, pastinya kita akan menemukan sesuatu yang menghalangi kita dalam menyampaikan kebaikan Islam. Entah audiens yang tidak mendukung, dibilang ‘sok alim’, atau bahkan terlalu melanggar ini-itu dan terlalu kaku dalam menyampaikan dakwah sehingga kita dapat dianggap tukang atur di masyarakat. Anggapan inilah yang membuat kita menjadi dikucilkan dalam kehidupan bersosial, apalagi dengan teman-teman kita. Label “muslim menyebalkan” akan selalu tertera dalam kehidupan kalian atau setidaknya hingga kalian berpindah ke lingkungan yang baru.
Tentu kita tidak mau terjebak dalam retorika ini. Di sinilah kita memerlukan “seni” dalam berdakwah. Bagaimana caranya yang kita sampaikan kepada khalayak ramai adalah sesuatu yang dapat diterima oleh mereka. Banyak sekali cara-caranya untuk dapat menyampaikan dakwa yang mengena di hati masyarakat. Cara-cara itu adalah tahap untuk kita menyampaikan dakwah. Karena dakwah Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassalam pun didesain oleh Allah SWT sebagai dakwah yang bertahap penyampaiannya dan tidak tergesa-gesa.
Jiwa manusia itu biasanya cenderung kepada hal-hal yang menyimpang dan berbuat ma’siat, sehingga apabila kita memperbaiki jiwa itu secara frontal, maka sama saja dengan membenturkan diri dengannya. Karena itu, selayaknya seorang da’i wajib bersikap lembut, melakukan pedekatan serta terapi secara bertahap dan mengenal pintu-pintu masuk untuk memasuki jiwa tersebut.
Aisyah Ummul Mukminin berkata, “Pertama kali yang diturunkan dari Al-qur’an adalah surat-surat pendek yang didalamnya sering disebut surga dan neraka. Sampai ketika manusia sudah banyak yang memeluk islam, turunlah penjelasan halal dan haram. Seandainya yang pertama kali turun adalah “Janganlah kamu minum khamr” niscaya mereka akan berkata, “Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya.” Atau seandainya yang turun pertama adalah,”Janganlah kamu berzina” niscaya mereka akan berkata,”Kami tidak akan meninggalkan zina selamanya.” (HR Bukhari). Dengan demikian, dalam melakukan suatu proses mengubah jiwa manusia haruslah dengan sedikit demi sedikit, mempersiapkannya untuk menerima suasana yang baru. Terhalang oleh budaya sekitar lingkungan itu hal yang menyulitkan memang, untuk itulah penyampaian dilakukan secara bertahap. Jangan terburu-buru dalam menyampaikan sesuatu, salah-salah hanya akan menimbulkan perpecahan, dan kita akan dicap sebagai “muslim menyebalkan”. Wallahu’alam. (zak)
Referensi: http://conangaul.wordpress.com/2014/01/15/bertahap-dalam-pembebanan-at-tadaruj-fii-takaliif/
{ 0 komentar ... read them below or add one }
Posting Komentar